This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 29 Juni 2014

Rouhani Peringatkan Upaya Pecah Belah Musuh

Hassan Rouhani - Iran’s PresidentPresiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan upaya musuh-musuh Islam untuk memicu perpecahan di kalangan umat Islam.

"Ap
i kekerasan dan ekstremisme yang melebar di seluruh dunia Muslim, kebodohan dan ekstremisme telah membuka jalan terwujudnya plot lama musuh-musuh Islam dalam menabur perselisihan sektarian dan kesukuan," kata Presiden Rouhani dalam pesan hari Jumat (27/6/14). 

Pesan itu ditujukan untuk para kepala negara dan pemerintah Muslim yang akan menunaikan ibadah puasa bulan Ramadhan pada hari Sabtu atau Minggu (28-29/6). 

Presiden Rouhani juga meminta para pemimpin negara-negara Muslim untuk merapatkan barisan melawan kekerasan dan ekstremisme di dunia. 

"Ini diperlukan bagi dunia Muslim untuk sekali lagi...memerangi kekerasan dan ekstremisme dan menciptakan perdamaian di dunia," tambah presiden Iran. 

Pernyataan Rouhani itu menunjuk pada serangan teroris Takfiri Negara Islam Irak dan Sham/Suriah (ISIL) di Irak. 

Khamenei: Perang Irak Bukan Perang Sunni Syiah

Ayatullah Seyyed Ali Khamenei - Pemimpin Revolusi Islam di Iran
Pemimpin Tinggi Revolusi Islam, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei memperingatkan plot musuh yang ingin menciptakan perang antara Muslim Syiah dan Sunni di wilayah demi menggencet gelombang Kebangkitan Islam.

"Hari ini, musuh berinvestasi dalam perang sipil di wilayah dan berharap perang Syiah-Sunni terjadi demi mengerem Kebangkitan Islam," kata Pemimpin, Sabtu (28/6/14).

Ayatullah Khamenei menyebutkan bahwa krisis yang sedang berlangsung di Irak dilakukan oleh sisa-sisa rezim diktator Saddam Hussein dan sekelompok orang bodoh.

"Apa yang terjadi [di Irak] bukan perang Syiah-Sunni. Ini perang terorisme terhadap terorisme serta perang antara pro Barat dan para pendukung kemerdekaan bangsa-bangsa,” Ayatullah Khamenei menunjukkan. 

Pemimpin Revolusi Islam menyampaikan hal itu dalam sebuah pidato di hadapan keluarga para martir di Tehran.

ISIS Siap Taklukan Yordania dan Arab Saudi

Yordania segera bereaksi terhadap laporan bahwa titik penyeberangan di perbatasan Treibel, di sisi Irak, telah jatuh ke tangan pemberontak, kemungkinan termasuk kawanan teroris Negara Islam Irak dan Syam (ISIS), dengan meningkatkan kehadiran militernya di front timur dan mempertinggi kewaspadaan. 

Angkatan bersenjata Yordania menegaskan pada 24 Juni lalu, mereka telah memperkuat unithya di sepanjang 180 kilometer (112 mil) perbatasan dengan Irak. 

Dikatakan bahwa langkah itu diambil setelah tentara Irak mundur dari perbatasan, sementara personel militer dan keamanan Yordania sudah siap menghadapi kontingensi apapun. 

Namun, juru bicara suku Sunni di propinsi al-Anbar mengatakan pada situs al-Maqar bahwa titik perbatasan itu berada di bawah kendali pemberontak suku tersebut yang bekerjasama dengan penjaga perbatasan Irak. Ia membantah isu tentang adanya kawanan ISIS di Treibel; sementara laporan lain mengatakan bahwa anggota kelompok Wahhabi jihad mengambil alih sejumlah kota Irak di Anbar, termasuk al-Rutba, 40 kilometer (25 mil) dari perbatasan Yordania-Irak. 

Kabar bahwa ISIS bergerak lebih dekat ke perbatasan Yordania telah meningkatkan ketegangan di Yordania, yang mendorong juru bicara pemerintah, Mohammad al-Momani, mengumumkan bahwa angkatan bersenjata Yordania siap berurusan dengan perkembangan apapun di sepanjang perbatasan kerajaan. Yordania mengklaim, memiliki kekuatan penangkal untuk memukul mundur setiap serangan potensial. 

Pengambilalihan dengan cepat oleh kawanan teroris ISIS... setidaknya terhadap tiga propinsi di Irak dalam dua minggu terakhir, termasuk Mosul, kota terbesar kedua di Irak, telah menciptakan kegelisahan di Yordania dengan sejumlah alasan. ISIS di masa lalu pernah mengancam rezim Yordania lewat klip video di YouTube, di mana warga Yordania yang menjadi kawanan itu bersumpah akan bergerak ke kerajaan dan membakar paspornya. 

Tak diketahui berapa persisnya banyak warga Yordania yang ikut bergabung dengan kelompok Wahhabi ekstrim ini; namun perkiraan mengatakan bahwa sedikitnya 2000 jihadis telah bergabung dengan Front al-Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaeda, serta ISIS untuk memberontak di Suriah. Penyebaran ISIS di Anbar menaikkan bendera merah di Amman. 

Gejolak di Irak juga mengancam Arab Saudi, khususnya kursi empuk kekuasaan sang raja, Abdullah bin Abdulaziz yang sangat membenci Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki yang dituding, tanpa bukti, memihak Iran. ISIS yang awalnya diciptakan dan didanai Arab Saudi sebagai ujung tombak untuk menjadikan Irak "negara gagal", kawanan teroris al-Qaeda itu malah bersumpah akan "menaklukkan" Arab Saudi setelah "mengalahkan" rezim Damaskus dan Baghdad. 

Al-Qaeda pernah melancarkan serangkaian serangan teroris di Arab Saudi antara tahun 2003 dan 2006. Selain itu, pemimpin al-Qaeda memiliki dendam pribadi terhadap kerajaan Saudi, khususnya Menteri Dalam Negeri Mohammed bin Nayef, yang ditugaskan untuk menindak kelompok teroris dan memaksanya memindahkan basis operasinya ke Yaman. Pada 2009, kepala perakit bom al-Qaeda mengirim saudaranya untuk apa yang akhirnya menjadi misi bunuh diri yang gagal untuk membunuh pangeran. 

Selama beberapa bulan terakhir, ISIS merilis video yang menunjukkan jihadis Saudi tidak hanya merobek paspornya, namun juga bersumpah akan membebaskan "Tanah Dua Masjid Suci" setelah menuntaskan misinya di Suriah. Selama dua hari terakhir, para pendukung ISIS di Irak menciptakan hashtag di Twitter dengan judul "Negara Islam Ada di Perbatasan Saudi". 

Obama Remehkan Ancaman ISIL terhadap AS

Barack Obama dan Suriah, politik matiPresiden AS, Barack Obama meremehkan ancaman teroris Takfiri Negara Islam Irak dan Levant (ISIS) terhadap AS.

"Saya pikir kami sudah menghadapi ancaman serius di era kepresidenan saya," kata Obama dalam wawancara dengan ABC 'Good Morning America' pada Jumat (27/6/14). "Dan kami menghadapi ancaman serius sejak 9/11 dari mereka yang memeluk ideologi ini." 

Ini bertentangan dengan pernyataan mantan duta besar Obama untuk Irak, Ryan Crocker yang mengatakan bahwa bodoh sekali jika AS berpikir bahwa militan ISIS tidak akan menyerang AS.

"ISIS kekuatan yang lebih tangguh dari kelompok Osama bin Laden yang membawa kita pada 9/11. Pejuangnya berpengalaman, benar-benar berkomitmen untuk perjuangan, dipersenjatai dan didanai dengan baik. Sebanyak 2.000 dari mereka memegang paspor Barat, termasuk dari AS, hingga mereka tidak perlu visa, " tulis Crocker dalam untuk The Washington Post yang diterbitkan 19 Juni lalu.

Pada Kamis (26/6), Pentagon mengatakan bahwa 500 pasukan militer AS harus segera dikirm ke Baghdad. Tapi Obama hanya menyetujui penempatan 300 "penasihat militer" di Irak. 

Teroris ISIS yang bersekutu dengan pendukung mantan rezim Baath Irak, mampu merusak stabilitas Irak dalam beberapa minggu terakhir dan mengambil alih beberapa kota seperti Tikrit dan Mosul. 

Kamis, 26 Juni 2014

Iran Menentang Campur Tangan AS di Irak

Pemimpin Revolusi Islam Iran Ayatollah Seyyed Ali Khamenei telah menyatakan oposisi kuat Iran atas campur tangan AS dalam urusan internal Irak. 

Dalam pertemuan dengan Kepala Kehakiman Iran Ayatollah Sadeq Amoli Larijani dan beberapa pejabat di Tehran pada hari Minggu (22/6/14), Ayatullah Khamenei menambahkan bahwa kekuatan arogan Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat berada di balik Krisis yang sedang berlangsung di Irak. 

"Kami sangat menentang campur tangan AS dalam urusan internal Irak, karena kami percaya bahwa pemerintah Irak, bangsa dan otoritas keagamaan mampu mengakhiri krisis ini," kata Ayatollah Khamenei. 

Pemimpin menekankan bahwa kekuatan hegemonik Barat, terutama Amerika Serikat, berusaha untuk memanfaatkan beberapa elemen tentara bayaran di Irak. 

"Tujuan utama di balik kekerasan baru-baru ini di Irak adalah untuk mencabut sistem demokrasi di negara itu, kata Ayatollah Khamenei menambahkan. 

Pemimpin menyatakan bahwa AS kesal da jengkel ketika melihat partisipasi rakyat Irak dalam pemilihan parlemen, karena mereka ingin Irak menjadi negara boneka yang dapat diatur untuk kepentingan mereka.

Indonesia dan Iran Tingkatkan Kerjasama Riset dan Teknologi

Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta dalam kunjungan resmi dua hari ke Iran, mengatakan, Indonesia dan Iran terus meningkatkan kerjasama di berbagai bidang riset dan teknologi berdasarkan kesetaraan dan kesejajaran dengan membentuk Joint Committee penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kolaboratif.

Pernyataan itu diutarakan oleh Mentri dalam ramah tamah dengan masyarakat Indonesia di Iran bertempat wisma duta di Tehran, pada Rabu sore, 25/06/14.

Menurut Mentri Kabinet Indonesia Bersatu II itu, "Kedua negara mempunyai potensi besar untuk meningkatkan kerjasama termasuk di bidang riset dan teknologi," ujarnya. Acara ramah tamah itu dihadiri bapak duta besar Indonesia di Tehran, Dian Wirengjurit beserta staf kedutaan.

Dikatakanya, ada banyak hal yang bisa dimanfaatkan oleh kedua negara, termasuk transfer teknologi ruang angkasa, PLTN, kedokteran dan berbagai jenis teknologi modern lainnya.

Diakuinya, Indonesia dalam bidang pertanian jauh lebih maju dan mumpuni dibanding Iran.

Menindaklanjuti MoU Joint Committee diberbagai bidang tersebut, Menristek akan mengirim para ahli untuk menindaklajuti kerjasama yang menurutnya setara dan sejajar.

Sebelumnya, kerjasama serupa antara Indonesia dan Iran sudah dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara kedua negara pada tanggal 10 Mei 2006 lalu.

Sementara, pada tahun 2003, kerjasama kedua negara di bidang riset dan iptek mulai dijajaki saat Menristek pada waktu itu Hatta Rajasa berkunjung ke Iran atas undangan Menteri Sains, Riset dan Teknologi Iran, Mostafa Moin. 

Keduanya menandatangani Pernyataan Bersama yang berisikan tekad kedua belah pihak untuk meningkatkan hubungan persahabatan dan hubungan kerjasama di bidang riset dan iptek untuk meningkatkan pembangunan sosial ekonomi kedua negara. Tahun ini, Iran kembali mengundang Menristek untuk berkunjung ke Iran dan sekaligus menandatangani perpanjangan Nota Kesepahaman yang mendasari kerjasama riset dan iptek kedua negara.

Berdasarkan nota kesepahaman itu, kerjasama itu meliputi penelitian bersama, pertukaran para peneliti, pelatihan kerja, beasiswa dan kunjungan delegasi ilmiah.

Acara ramah tamah penuh kekeluargaan tersebut dihadiri juga oleh mahawasiswa Iran di Qom (HPI) dan Tehran, serta masyarakat Indonesia di Tehran.

Dian Wirengjurit: Hubungan Iran-Indonesia Kesetaraan dan Menghormati

Duta Besar Indonesia untuk Iran, Dian Wirengjurit mengatakan, hubungan Indonesia dan Iran diberbagai bidang terutama Iptek dan Teknologi terjalin atas dasar kesetaraan, saling menghormati dan tanpa syarat. Kondisi ini menurutnya, berbeda dengan kerjasama antara negara-negara Barat yang selalu mendikte dan syarat yang memberatkan.

Pernyataan itu diutarakan oleh Bapak Duta dalam sambutan pertemuan dan ramah tamah dengan Mentri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta di Tehran pada Rabu sore, 25/06/14, di Wisma duta, di Tehran. 

Dikatakannya, Iran adalah negara yang tidak bergantung dengan negara lain, dan mampu berdiri sejajar dengan negara-negara maju di dunia diberbagai bidang termasuk, riset dan teknologi. Ditambahkannya, kemajuan teknologi Iran tersebut bisa ditransfer ke Indonesia tanpa syarat.

"Iran negara yang tidak bergantung dengan negara lain, dan merupakan salah satu negara penuh peradaban yang bisa mentransfer kemajuannya ke Indonesia, dan bisa mempertahankan hubungan kesetaraan tanpa syarat."

Kerjasama di bidang riset dan iptek antara Indonesia dengan Iran secara resmi dimulai pada tahun 2006 yang ditandai dengan penandatantangan Nota Kesepahaman antara Menteri Riset dan Teknologi saat itu, Kusmayanto Kadiman dengan Menteri Luar Negeri Iran, di hadapan presiden SBY dan Presiden Mahmoud Ahmadinedjad. 

Sejak itu, kedua negara membentuk Joint Committee Meeting (JCM) on Research and Technology yang sampai saat ini telah bertemu sebanyak empat kali baik di Iran maupun di Indonesia untuk membicarakan perkembangan kerja sama di bidang riset dan iptek. Kerjasama kedua negara diarahkan kepada iptek sebagai solusi atas permasalahan global saat ini.

Satu dari empat ahli riset dari perwakilan Kementrian Indonesia yang dipimpin langsung oleh Menristek Gusti Muhammad Hatta itu dalam bincang-bincang dengan Islam Times mengatakan, selama ini Indonesia dan Iran memfokuskan kerjasama riset dan ipteknya dalam beberapa bidang, termasuk ilmu kebumian, ruang angkasa, nanoteknologi, teknologi kedirgantaraan, ilmu kedokteran dan sel punca, serta bioteknologi.

Senin, 23 Juni 2014

manfaat ukhuwah


Makna dan Nilai Ukhuwah
IMAN adalah dasar ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Islamiah adalah bagian dari Prinsip Iman. Karenanya seringkali kita dapati pesan-pesan Nabi tentang aplikasi nilai ukhuwah disanding dengan kesempurnaan iman seseorang, antara lain dalam beberapa hadits berikut :
( لايؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه )
Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri (HR. Bukhori dalam kitab shahihnya Bab: al-Iman no: 12 dan Imam Muslim dalam kitab shahihnya Bab: Iman no: 64).
( من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذ جاره ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت )
Siapa yang berima\n kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia memuliakan tetamunya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam (HR. Bukhari Muslim).
Nilai Ukhuwah (persaudaraan) juga dapat dilihat dari sebutan Ibadullah (hamba-hamba Allah) sebagai sebutan kehormatan bagi yang bersaudara, dalam sebuah hadits Nabi saw:
( ..... وكونوا عباد الله إخوانا ... )
Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudarA (HR. Bukhari no: 5605 Muslim no: 4641).
Lebih dari itu, keluhuran dan keagungan makna dan nilai ukhuwah Islam, bahwa ukhuwah bukan sekadar anjuran dan himbauan, tetapi ia merupakan perintah yang mesti ditaati. Justru itu, pelanggaran terhadap nilai-nilai ukhuwah berdampak pada siksa dan murka Allah, firmanNya:
( Hai orang-orang beriman, jangan suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi merka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olok), demikian para wanita jangan mereka mengolok-olok kaum wanita yang lain, (karena) boleh jadi mereka lebih baik dari mereka ( yang mengolok-olok), jangan kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya adalah saudaramu), jangan kamu panggil dengan sebutan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zhalim ( QS. al-Hujurat: 11 ).
Rasulullah saw bersabda:
( سباب المسلم فسوق وقتاله كفر )
Menghina orang muslim adalah kefasikan, sedangkan membunuhnya merupakan kekafiran
( HR Bukhari, Bab Adab 5584 dan Muslim, Bab: Iman no: 97 ).

( بحسب امرئ من الشر أن يحقر أخاه المسلم كل المسلم على المسلم حرام دمه وماله وعرضه )
Cukuplah keburukan/dosa seseorang, bahwa ia menghina saudaranya muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya haram darahnya, harta dan kehormatannya (citra baiknya) (H.R Muslim Bab: al-Birr wash-shilah wal Adab no: 4650).
Seluruh perbuatan manusia dilaporkan (oleh malaikat) dalam sepekan dua kali, yakni hari Senin dan Kamis, lalu diampuni dosa setiap hamba mukmin, kecuali hamba yang mempunyai permusuhan dengan saudaranya, sehingga mereka berdamai ( HR.Muslim, Bab:al-Birr,no: 4654).

KENDALA-KENDALA UKHUWAH
Prinsip Ukhuwah bukan sesuatu utopis, bukan pula suatu hal yang mustahil diwujudkan, meskipun mewujudkannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam kenyataannya, setiap yang bernilai agung dan berkualitas tinggi memerlukan usaha gigih, perjuangan dan pengorbanan; oleh sebab itu mewujudkan nilai-nilai ukhuwah islamiyah menghadapi kendala-kendala yang mesti dicermati dan ditangani secara jujur dan serius serta sabar.
Setidaknya ada 3 kendala yang dihadapi setiap mukmin di dalam merealisasi nilai-nilai ukhuwah islamiyah, yaitu:

(1) Jiwa Yang Tidak Dirawat.
Ukhuwah Islamiyah sangat erat dengan keimanan. Iman merupakan sentuhan hati dan gerakan jiwa; karenanya jiwa dan hati yang tidak diperhatikan atau jarang diperiksa atau tidak dibersihkan akan menjadi lahan subur bagi munculnya virus-virus jiwa yang membahayakan kalangsungan ukhuwah, seperti: takabur, hasud, dendam, cenderung menzholimi, kemunafikan dll.
Virus jiwa memang sulit diditeksi sebagaimana virus-virus penyakit jasmani. Biasanya orang tidak merasa dengan adanya virus tersebut kecuali setelah muncul dampak serangan virus itu, kecuali mereka yang terawat hati dan jiwanya, karena ia memiliki sensitifitas terhadap virus-virus tersebut, sebagaimana firman Allah swt: (Wahai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa maka Allah akan memberimu daya furqon yakni pembeda yang baik dan buruk ).
Betapa banyak orang tidak memahami adanya virus ukhuwah pada dirinya, kecuali setelah ia merasakan bahwa orang-orang di sekitanya membencinya, tidak senang kepadanya.
Oleh karenanya, proses pembersihan hati dan merawat jiwa hendaknya dilakukan secara intens dan kontinyu, agar nilai-nilai ukhuwah dapat terpatri pada diri setiap hamba Allah yang mukmin.

(2) Lidah Yang Tidak Dikendalikan.
Menjaga lidah dengan berkata baik dan jujur serta menjaui kata-kata merusak dan tercela, merupakan salah satu indikasi takwa kepada Allah swt. Firman Allah swt :
{ ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا(
Wahai orang-orang beriman bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar (Q.S. al-Ahzab: 70 ).
Bahkan memelihara lidah merupakan tanda kesempurnaan iman, sabda Nabi saw : (Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam ).
Karenaya lidah tidak boleh lepas kontrol, berfikir positif dan cermat sebelum berbicara dan bersikap merupakan sikap orang bijak. Seringkali lidah tanpa kontrol dan berbicara tanpa berfikir menyebabkan perselisihan dan permusuhan di masyarakat. Kata orang “Memang lidah tak bertulang”
Dengan lisan orang bisa tersinggung, merasa tidak dihargai, merendahkan orang lain, menyebut-nyebut aib seseorang dan sejumlah racun ukhuwah lainnya yang keluar dari mulut yang tidak dikendalikan.
Suatu saat shahabat Abu Bakar r.a. lewat di depan 3 orang shahabat “non-Arab” ( Salman, Shuhaib dan Bilal) yang sedang asyik membincangkan kegagahan dan kepahlawanan para pedang Allah menghadapi Abu Sofyan (tokoh Quraisy sebelum masuk Islam) seraya mereka berkata: “Sungguh pedang-pedang Allah tak kan gentar menghadapi Abu Sofyan. Mendengar kata Abu Sofyan, langsung Abu Bakar menanggapi: Apakah kalian membincangkan seorang dari tokoh Quraisy ? Setelah Rasulullah saw mendengar berita tersebut, beliau meminta Abu Bakar untuk kembali menemui 3 shahabat tadi untuk meminta maaf, kata beliau: Barangkali engkau membuat merekmarah ( karena kata-katamu).
Maksud pinta Rasulullah adalah agar setiap umat berhati-hati dalam berkata-kata dan tetap memelihara kebersihan hati dan keluhuran jiwa.
(3) Lingkungan Yang Kurang/Tidak Kondusif.
Kepribadian seseorang seringkali dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Apalagi seseorang yang tidak memiliki kemampuan ta’tsir (mempengaruhi orang lain), sehingga dengan mudah ia dipengaruhi lingkungan dimana ia harus berinteraksi. Oleh sebab iotu Allah memerintahkan Nabi saw untuk senantiasa bersabar bersama orang-orang yang multazim (komitmen) dengan ajaran Allah, senantiasa taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt, firmanNya:
( Bersabarlah bersama mereka yang selalu berdoa kepada Allah di pagi dan petang hari, jangan sekali-kai engkau berpaling dari mereka) QS al-Kahfi: 28.

Nabi Muhammad saw pun meninggalkan pesan-pesan berharga buat umatnya dalam sebuah hadits:
( مثل الجليس الصالح والجليس السوء كحامل المسك ونافخ الكيرفحامل المسك إما أن يحذيك وإما أن تبتاع منه ومإما أن تجد منه ريحا طيبة ونافخ الكير إما أن يحرق ثيابك وإما أن تجد ريحا خبيثة )
Perumpamaan orang yang shalih dengan orang yang tidak shalih ibarat pembawa minyak wangi dan peniup bara, Pembawa minyak wangi bisa memberikan minyak itu kepadamu, atau kamu membeli darinya atau (minimal) kamu memperoleh harum wangi itu. Peniup bara api bisa membakar bajumu atau kamu memperoleh bau tak sedap ( HR Muslim, Bab: al-Birr dst, no: 4762).
Suasana dan lingkungan yang tidak baik merupakan salah satu faktor utama keretakan hubungan persaudaraan orang-orang yang beriman. Lingkungan yang terdapat saling hasud, budaya pamer, sikap riya’ dan hedonis, materialistis, prilaku desturkti, senang menyebar fitnah, hobi bergunjing, menyebar gosip dan isu tidak benar. Semua itu adalah penyakit-penyakit lingkungan yang merusak dan mematikan keharmonisan hubungan personal dan komunal pada masyarakat muslim.
 

Kamis, 19 Juni 2014

ISIS Serang Samarra

Kelompok Takfiri Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) menyerang situs suci Muslim Syiah di kota Samarra, Press TV melaporkan.

Pada hari Rabu (19/6/14), ISIS menembakkan roket dekat makam Imam Syiah di kota Samarra. Setidaknya, 14 warga, termasuk seorang wanita dan seorang anak, tewas dalam serangan itu.

Di kota Samarra, 120 km dari utara Baghdad, terdapat dua makam suci Imam Syiah dan sebuah situs ziarah utama yang dikunjungi puluhan juta Muslim setiap tahun meski ketegangan meningkat di sana.

Sekitar 8 tahun lalu, al-Qaeda pernah menyerang tempat-tempat suci tersebut.

Pada 10 Juni lalu, ISIS menguasai Mosul (ibukota provinsi Nineveh) dan Tikrit (140 km dari Baghdad) dalam sebuah serangan kilat. Ratusan ribu rakyat Irak terpaksa mengungsi dari rumah mereka setelah serangan terjadi.

Maliki: ISIS akan Berbalik Melawan Saudi dan Qatar

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki mengatakan militan yang disebut Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) akan berbalik melawan Arab Saudi dan Qatar yang saat ini menjadi pendukung utama pasukan tersebut." 

Maliki mengatakan pada hari Rabu (18/6/14) bahwa situasi di Irak adalah konspirasi oleh faksi-faksi politik tertentu. 

Maliki juga memperingatkan negara-negara Arab lainnya bahwa terorisme tidak akan terbatas hanya pada Irak. 

Sementara itu, ia menyatakan optimisme bahwa Irak akan segera mengatasi krisis yang sedang berlangsung saat ini. 

Maliki juga mengatakan pasukan militer negara akan melanjutkan operasi mereka terhadap komplotan Takfiri ISIS sampai kemenangan tercapai. Dia menyatakan terima kasih kepada ulama senior Syiah Irak Ayatollah Ali al-Sistan, untuk mendorong relawan untuk bergabung dengan tentara dan membantu pemerintah melawan ISIS. 

Lebih dari dua juta warga Irak telah secara sukarela bergabung dengan militer negara untuk melawan militan Takfiri ISIS.

Rabu, 18 Juni 2014

Penyelidik PBB: Kejahatan ISIS Memicu Perang Sektarian

ISIS membunuh warga sipil
Timur Tengah di ambang perang sektarian lebih luas lagi yang saat ini melanda Irak dan Suriah melalui tangan-tangan teroris radikal (Takfiri) yang secara ceroboh gemar melakukan penculikan, penyiksaan dan pembunuhan warga sipil, demikian kata penyelidik hak asasi manusia PBB.

Takfiri yang menyebut dirinya sebagai Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) telah menggerakkan tentaranya ke Baghdad dan mengambil bagian utara Irak dalam seminggu terakhir, berusaha menghubungkan balutan besar wilayah yang sebelumnya di Suriah timur selama perang saudara.

"Kami memperkirakan waktu yang lama adanya bahaya melebar yang akan terjadi dua arah, yang sekarang melebar di regional," kata Vitit Muntarbhorn, ahli hukum internasional anggota tim penyelidikan. "Kami mungkin di puncak perang regional, dan itu adalah sesuatu yang sangat kita prihatinkan," demikian melansir laporan al-Alam, Rabu, 18/06/14.

Kepala HAM PBB Navi Pillay pada Senin kemarin juga mengatakan, teroris ISIS di Irak utara telah hampir pasti melakukan kejahatan perang dengan mengeksekusi ratusan orang non-kombatan selama lima hari terakhir.

Sebuah laporan yang diungkap pada Selasa, 17/06/14, ke Dewan HAM PBB mengatakan, elemen-elemen asing dan dana ditumpahkan ke Suriah, di mana faksi teroris termasuk ISIS secara ceroboh memasang warga sipil di zona yang mereka kuasai sebagai tameng.

"Sebuah perang regional di Timur Tengah semakin dekat. Perang di negara tetangga Irak akan berdampak kekerasan di Suriah," kata laporan itu.

"Semakin banyak kombatan radikal menargetkan tidak hanya masyarakat Sunni di bawah kendali mereka, tetapi juga masyarakat minoritas termasuk Syiah, Alawi, Kristen, Armenia, Druze dan Kurdi," katanya.

Laporan itu juga menjelaskan, ISIS menculik hampir 200 warga sipil Kurdi dalam serangan di kota Aleppo pada bulan Mei lalu.

Muntarbhorn lebih lanjut mengatakan ISIS juga bentrok dengan kelompok militan (Takfiri) lainnya di Suriah termasuk juga memerangi pemerintah.

"ISIS telah menunjukkan dirinya untuk mengipasi api sektarianisme, baik di Irak dan Suriah. Setiap usaha penguatan posisi mereka, selalu menimbulkan keprihatinan besar," tambah laporan itu.

Setidaknya 160.000 orang tewas dalam konflik di Suriah yang dimulai pada tahun 2011. 

2 Juta Lebih Relawan Irak Siap Perangi ISIS

Rakyat Iraq, siap menghadapi teroris ISIL.jpg
Sekitar dua juta lebih warga Irak secara sukarela bergabung dengan tentara Irak untuk berperang melawan militan Negara Islam Irak dan Sham/Suriah (ISIS).
Wakil Perdana Menteri Irak untuk Energi, Hussain al-Shahristani menyatakannya di Baghdad, Selasa (17/6/14). 

Shahristani mengatakan, Baghdad tidak mampu lagi menampung lebih banyak relawan sambil menambahkan, "Tidak ada yang tahu kapan pertempuran ini akan berakhir, tapi kami akan menang." 

Sementara itu, PBB menyuarakan keprihatinannya akan kejahatan perang yang dilakukan militan. Sekjen PBB mendesak para pemimpin dari semua faksi Irak untuk "memastikan bahwa pengikut mereka tidak melakukan pembalasan." 

"Saya berharap, dengan dukungan kuat dari negara-negara regional dan masyarakat internasional...kita biisa dapat membantu pemerintah Irak...untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas di negara mereka," tambah Ban. 

Minggu, 15 Juni 2014

Ammar Hakim : " Irak akan Menjadi Kuburan Bagi Kelompok Teroris DIIS


Foto: Ketua Majelis Tinggi Islam Irak, Ammar Hakim  :   " Irak akan Menjadi Kuburan Bagi Kelompok Teroris DIIS  "
Sabtu, 2014 Juni 14 

Ketua Majelis Tinggi Islam Irak mengumumkan, rakyat Irak dengan persatuan, akan merubah negaranya menjadi kuburan bagi anasir-anasir kelompok teroris Daulah Islamiyah fi Iraq wa Syam (DIIS).

Mehr News (14/6) melaporkan, Ammar Hakim, Ketua Majelis Tinggi Islam Irak, Jumat (13/6) di hadapan para sukarelawan yang ingin bergabung dengan militer Irak untuk menghadapi DIIS, menegaskan, "Irak dengan langkah kolektifnya tidak akan pernah kembali ke era pemerintahan diktator dan kudeta militer, serta tidak akan meyisakan ruang gerak bagi DIIS dan para teroris lain di negara ini."

Ammar Hakim juga menyinggung dukungan total pemerintah Irak terhadap seluruh rakyat baik itu Ahli Sunnah, Kristen, Syiah ataupun yang lainnya. Ia mengatakan, "Irak dalam kehidupan sosial ingin melangkah untuk memenuhi hak-hak rakyat."

Sementara itu, seorang pejabat senior keamanan Irak dalam wawancaranya dengan Fars News mengatakan, "Anasir-anasir teroris DIIS yang sebagian besarnya adalah bekas anggota Partai Baats dan warga negara asing serta didukung sejumlah negara, akan menggunakan setiap kesempatan untuk mengganggu pemerintah dan menciptakan instabilitas di Irak."

Pejabat Irak itu menjelaskan bahwa anasir-anasir DIIS menerima persenjataan dan peralatan militer canggih dari pendukung Baratnya terutama Amerika Serikat. Menurutnya, mengingat pengkhianatan Amerika dan pasukan Partai Baats di tubuh militer Irak selama 10 tahun terakhir, pada kenyataannya Washington berusaha merusak struktur militer Irak melalui tangan anggota-anggota Partai Baats. (IRIB Indonesia/HS)
Ketua Majelis Tinggi Islam Irak, Ammar Hakim : " Irak akan Menjadi Kuburan Bagi Kelompok Teroris DIIS "
Sabtu, 2014 Juni 14 

Ketua Majelis Tinggi Islam Irak mengumumkan, rakyat Irak dengan persatuan, akan merubah negaranya menjadi kuburan bagi anasir-anasir kelompok teroris Daulah Islamiyah fi Iraq wa Syam (DIIS).

Mehr News (14/6) melaporkan, Ammar Hakim, Ketua Majelis Tinggi Islam Irak, Jumat (13/6) di hadapan para sukarelawan yang ingin bergabung dengan militer Irak untuk menghadapi DIIS, menegaskan, "Irak dengan langkah kolektifnya tidak akan pernah kembali ke era pemerintahan diktator dan kudeta militer, serta tidak akan meyisakan ruang gerak bagi DIIS dan para teroris lain di negara ini."

Ammar Hakim juga menyinggung dukungan total pemerintah Irak terhadap seluruh rakyat baik itu Ahli Sunnah, Kristen, Syiah ataupun yang lainnya. Ia mengatakan, "Irak dalam kehidupan sosial ingin melangkah untuk memenuhi hak-hak rakyat."

Sementara itu, seorang pejabat senior keamanan Irak dalam wawancaranya dengan Fars News mengatakan, "Anasir-anasir teroris DIIS yang sebagian besarnya adalah bekas anggota Partai Baats dan warga negara asing serta didukung sejumlah negara, akan menggunakan setiap kesempatan untuk mengganggu pemerintah dan menciptakan instabilitas di Irak."

Pejabat Irak itu menjelaskan bahwa anasir-anasir DIIS menerima persenjataan dan peralatan militer canggih dari pendukung Baratnya terutama Amerika Serikat. Menurutnya, mengingat pengkhianatan Amerika dan pasukan Partai Baats di tubuh militer Irak selama 10 tahun terakhir, pada kenyataannya Washington berusaha merusak struktur militer Irak melalui tangan anggota-anggota Partai Baats. 

Brahimi: Gejolak di Irak Berasal dari Suriah

antan utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah Lakhdar Brahimi dalam sebuah pernyataan mengatakan kerusuhan yang melanda Irak berasal dari kelalaian masyarakat internasional atas konflik di negara Suriah.

"Ini adalah aturan terkenal: konflik semacam ini (di Suriah) tidak hanya terbatas dalam sekat satu negara," kata Brahimi kepada AFP, Ahad, 15/06/14.

"Masyarakat internasional, "sayangnya mengabaikan masalah Suriah, dan tidak membantu menyelesaikannya. Dan ini adalah hasilnya," tegas Brahimi, yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil PBB- Liga Arab untuk Suriah pada bulan Mei lalu.

Politikus gaek asal Aljazair itu pernah menjabat sebagai utusan khusus PBB untuk Irak pada tahun 2004, setelah invasi pimpinan AS yang menggulingkan rezim diktator Saddam Hussein.

Kepada Dewan Keamanan PBB pada bulan November Brahimi mengatakan, aktivitas teroris Negara Islam Irak dan Syam (ISIS), sepuluh kali lebih aktif di Irak daripada di Suriah."

Brahimi juga mengakui bahwa komunitas minoritas Irak Sunni Arab lebih cenderung mendukung ekstrimis, bukan karena mereka adalah elemen Takfiri, tetapi karena musuh-musuh saya adalah teman saya. 

Brahimi menambahkan, Iran, sekutu utama pemerintah di Baghdad, mendapatkan tempay di wilayah tersebut.

Mosul, kota kedua Irak, jatuh ke tangan Takfiri ISIS pada tanggal 10 Juni, yang dilanjutkan untuk menguasai Tikrit, yang terletak 140 kilometer (87 mil) barat laut dari ibukota Baghdad.

Akibat penyerangan brutal Takfiri ISIS ini, kelompok HAM mengatakan sekitar setengah juta warga Irak tewas atau melarikan dari wilayah sekitar Mosul. 

Tentara dan Relawan Irak Bunuh 300 Elemen Takfiri ISIS

Tentara Irak dalam operasi militer berhasil menewaskan hampir 300 elemen-elemen Takfiri ISIS dalam serangan terpisah di seluruh negeri pada Ahad, 15/06/14.

Menurut sumber-sumber media lokal, bentrokan sengit itu berlangsung antara pasukan pemerintah dan elemen-elemen Takfiri Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) di daerah utara, demikian Press TV melaporkan pada Ahad, 15/06/14.

Relawan pro-pemerintah juga berhasil merebut kembali kontrol kota Muqdadiyah di Provinsi Diyala timur laut Baghdad.

Para pejabat militer mengatakan angkatan bersenjata mencapai kemenangan yang luar biasa dengan bantuan pasukan relawan. Sekitar 1,5 juta warga Irak dari berbagai latar belakang dan unsur secara sukarela bergabung dengan pertempuran melawan ekstrimis Takfiri ISIS.

Tentara kini sedang berkoordinasi dengan pasukan relawan di kota Samarra dan daerah lainnya di utara ibukota untuk merebut kembali wilayah yang masih dikuasai oleh ISIS.

Bala bantuan di Samarra sedang menunggu perintah untuk meluncurkan kontra-ofensif terhadap Takfiri ISIS terutama di kota-kota al-Dour dan Tikrit.

Sebelumnya, ulama Syiah berpengaruh, Sheikh Bashir al-Najafi dan Sayyid al-Qazwini Mortada, serta ulama Sunni Irak Sheikh Ahmed al-Kabisi Basra dan sejumlah ulama besar lainnya Sunni dan Sunni di seluruh Irak meminta masyarakat untuk memperhatikan panggilan Ayatollah Ali al-Sistani untuk mengangkat senjata melawan ancaman teroris Takfiri ISIS dan membebaskan Irak dari cengkeraman mereka.

Komandan Takfiri ISIS Tewas di Mosul, Irak

Komandan Takfiri dari Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) tewas di Mosul saat tentara dan relawan Irak menyerbu kota tersebut dan memukul mundur mereka.

Laporan-laporan media setempat pada hari Sabtu, 14/06/14, mengatakan, Abu Omar al-Esseily tewas dalam serangan terhadap mobilnya di Mosul, ibukota provinsi provinsi Nineveh.

Sejauh ini belum adalah rincian detil mengenai tewasnya komandan ISIS tersebut.

Mosul, kota kedua Irak, jatuh ke tangan Takfiri ISIS pada tanggal 10 Juni dan Tikrit yang terletak 140 kilometer (87 mil) barat laut dari ibukota Baghdad.

Tentara kini sedang berkoordinasi dengan pasukan relawan di kota Samarra dan daerah lainnya di utara ibukota untuk merebut kembali wilayah yang masih dikuasai oleh ISIS.

Bala bantuan di Samarra sedang menunggu perintah untuk meluncurkan serangan kontra-ofensif terhadap Takfiri ISIS terutama di kota-kota al-Dour dan Tikrit.

Sebelumnya, ulama Syiah berpengaruh, Sheikh Bashir al-Najafi dan Sayyid al-Qazwini Mortada, serta ulama Sunni Irak Sheikh Ahmed al-Kabisi Basra dan sejumlah ulama besar lainnya Sunni dan Sunni di seluruh Irak meminta masyarakat untuk memperhatikan panggilan Ayatollah Ali al-Sistani untuk mengangkat senjata melawan ancaman teroris Takfiri ISIS dan membebaskan Irak dari cengkeraman mereka.

Kamis, 12 Juni 2014

Maliki: Irak Akan Tindak Keras Takfiri

Perdana Menteri Irak berjanji negaranya akan menindak keras al-Qaeda yang menguasai provinsi Niniwe.

Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, mengatakan pasukan bersenjata negaramya tengah mempersiapkan diri menghadapi kelompok teroris dari Negara Islam Irak dan Sham (ISIS), sehari setelah mereka merebut kota terbesar kedua Irak, Mosul.

Maliki menggambarkan terorisme itu sebagai ancaman besar negara dan menyerukan persatuan rakyat Irak untuk melawan teroris.

"Pemerintah tidak akan pernah mengizinkan Mosul dan Nineveh berada di bawah bayang-bayang teror dan teroris," kata Maliki setelah pertemuan darurat kabinet.

Teroris Takfiri merebut beberapa wilayah di Irak, Kirkuk pasca pendudukan provinsi Nineveh. Kekerasan di Niniwe memaksa lebih dari setengah juta warga Irak mengungsi.

Maliki juga meminta PBB, Uni Eropa, dan Liga Arab untuk membantu negaranya melawan teroris.

Irak Berjanji Akan Mengambil Tindakan Keras Melawan Teroris


Perdana Menteri Irak menjanjikan negaranya akan mengambil tindakan keras terhadap militan al-Qaeda yang telah menguasai provinsi utara Niniwe. 

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki mengatakan pasukan bersenjata negara itu sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi kelompok teroris yang disebut Negara Islam Irak dan Syam (ISIS), sehari setelah para militan ISIS merebut kota terbesar kedua Irak, Mosul. 

Maliki menggambarkan terorisme sebagai ancaman besar bagi negara dan menyerukan persatuan Irak melawan teroris. 

"Pemerintah tidak akan pernah mengizinkan Mosul dan Nineveh tetap berada di bawah bayang-bayang teror dan teroris," kata Maliki setelah malakukan pertemuan kabinet darurat. 

Para militan Takfiri merebut beberapa wilayah di Kirkuk menyusul penangkapan kota tetangga Nineveh. Kekerasan di telah memaksa lebih dari setengah juta warga Irak mengungsi. 

Maliki telah meminta PBB, Uni Eropa, dan Liga Arab untuk membantu negara melawan terorisme. 

Kekerasan juga telah menyebar ke beberapa tempat lainnya di negara itu. 

Kementerian Dalam Negeri Irak mengatakan bahwa militan telah meluncurkan sebuah perang terbuka di Irak dengan tujuan mendorong negara Timur Tengah ke dalam kekacauan.

Iran Perketat Keamanan di Sepanjang Perbatasan


Iran Perketat Keamanan di Sepanjang PerbatasanIran telah mengintensifkan langkah-langkah keamanan di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga Irak, di tengah meningkatnya serangan-serangan teroris di negara-negara tetangga, kata seorang pejabat tinggi Iran. 

"Mengingat ketidakamanan yang ada di negara-negara tetangga, keamanan perbatasan Republik Islam Iran telah ditingkatkan dengan mengadopsi langkah-langkah tertentu," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Iran untuk Urusan Keamanan Ali Abdollahi dalam sebuah wawancara pada hari Rabu (11/6/14). 

Dia menekankan kontrol penuh Iran atas perbatasannya dan kesiapan negara untuk menangani potensi ketidakamanan, menambahkan, "Kita tidak bisa menunggu terjadinya satu insiden, oleh karena itu kami selalu mengejar dan menerapkan langkah-langkah pre-emptive." 

Pernyataan datang sebagai militan Takfiri ISIL telah menangkap beberapa daerah, termasuk Mosul, ibukota Nineveh. 

Iran telah mengutuk serangan teroris di negara tetangganya dan menyatakan dukungan bagi bangsa dan pemerintah Irak.

Iran Dukung Perang Irak Melawan Takfiri


Mohammad Javad Zarif - Menlu IranIran menyatakan dukungannya pada pemerintah dan bangsa Irak yang tengah memerangi militan Takfiri yang beroperasi di utara negara itu.

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menyatakan dukungan itu dalam pembicaraan telepon dengan timpalannya dari Irak, Hoshyar Zebari.

Zarif mengutuk tindakan teroris di Irak yang telah menewaskan dan mencederai rakyat serta membuat sebagian mereka terpaksa mengungsi.

Zarif juga meminta masyarakat internasional untuk mendukung pemerintah Irak dalam memerangi terorisme.

Sementara Menteri Luar Negeri Irak berterima kasih atas dukungan Tehran. Ia menegaskan, pemerintah dan rakyat Irak akan menghapus terorisme di negerinya.

Kedua menteri itu sepakat bahwa militan Takfiri adalah musuh rakyat Irak.

Militan Negara Islam al-Qaeda dari Irak dan Sham (ISIS) merebut beberapa daerah termasuk Mosul.

Rabu, 11 Juni 2014

OPEC Setuju Jaga Batas Produksi

Bijan Namdar Zanganeh , Menteri Perminyakan Iran

Menteri Perminyakan Iran, Bijan Namdar Zanganeh mengatakan pada Press TV bahwa pertemuan tingkat menteri OPEC telah berlangsung dan kesepakatan menjaga batas produksi telah dicapai.

Keputusan itu dibuat hari Rabu (11/6/14) di Wina dalam pertemuan ke-165.

"Situasi di pasar sangat baik .... suplai dan harga sangat baik..." ujar Zanganeh, sambil menambahkan bahwa pasar minyak tidak akan mengalami perubahan signifikan dalam  beberapa tahun mendatang.

Zanganeh juga menyatakan, pasar minyak diperkirakan akan tetap stabil dan OPEC akan terus berperan penting.

Ke-12 anggota OPEC menyumbang sepertiga produksi minyak dunia. Plafon produksi 30 juta barel per hari telah disepakati sejak Desember 2011.

Komandan Zionis: Kekuatan Militer Hizbullah Ke-7 di Dunia

Letnan Jenderal Benny Gantz, Komandan Militer Zionis Israel.jpgKepala Angkatan Bersenjata Zionis, Letnan Jenderal Benny Gantz mengatakan, kekuatan militer Hizbullah menduduki peringkat ketujuh di dunia. Hanya saja, Amerika, Rusia, Perancis, Inggris, Cina dan Israel memiliki senjata lebih banyak dibanding Hizbullah.
Berbicara dalam Konferensi Herzliya, Gantz mengatakan bahwa Israel harus mengkhawatrikan pengalaman militer yang diperoleh Hizbullah dari intervensinya di Suriah. Ia menekankan, tentara Israel harus waspada di perbatasan utara karena pejuang Hizbullah masih bisa menyebar ke Suriah.

Komandan Militer Israel itu menambahkan, Hizbullah berperang di Suriah hanya dalam beberapa front. Apa yang akan dihadapi Israel jika Hizbullah menggunakan semua kemampuan militernya untuk melawan tentara Zionis, tambahnya.

Gantz menilai, perkembangan di Suriah tidak menguntungkan Zionis selama Presiden Assad memerintah negara itu.

Terkait Iran, Gantz menyatakan bahwa penggunaan kekuatan militer untuk menghentikan program nuklir Tehran adalah sebuah keharusan.

Raksasa Takfiri Bisa Gigit AS dan Inggris

Raksasa Takfiri, AS, Israel dan Arab Saudi.jpg
"Amerika dan Inggris baru menemukan bahwa raksasa yang mereka bantu penciptaannya benar-benar datang lewat pintu belakang dan lainnya kecuali mereka segera melakukan sesuatu atau mereka akan digigit..." Rodney Shakespeare menulis untuk situs web Press TV.

Shakespeare mengatakan, pemerintah Barat khawatir militan Takfiri di Suriah akan memenggal kepala, menggorok leher, menggunakan gas maut dan mencekik gadis-gadis muda jika mereka kembali ke negara mereka.

"Meski takut, Amerika Serikat, Inggris dan lain-lain lah yang telah membiayai dan mempersenjatai Takfiri dan Wahhabi!" tulis Shakespeare.

Pada Jumat (6/6/14), Penasihat Keamanan Nasional AS Susan Rice mengakui bahwa Washington secara aktif memasok bantuan pada gerilyawan Takfiri yang beroperasi di Suriah. Ia mengatakan, pemerintah AS telah menyediakan $ 1,7 miliar untuk mereka.

Shakespeare mengatakan, monster takfiri memiliki kecenderungan membingungkan yang akan menggigit tangan pemberi makan mereka. Tapi Amerika Serikat dan Inggris tetap memberi makananan raksasa itu demi legalitas operasi mata-mata, transaksi senjata dan perang.

"AS ingin memelihara sesuatu yang penting bagi Axis of Evil (Poros Kejahatan yaitu Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi)," pungkasnya.

Suriah Siap Bantu Irak Melawan Terorisme

Suriah Siap Bantu Irak Melawan Terorisme
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan pihaknya siap untuk membantu Baghdad dalam memerangi terorisme, sehari setelah Mosul diambil alih oleh militan al-Qaeda. 

Damaskus siap untuk bekerja sama dengan Irak untuk menghadapi terorisme, musuh bersama kita," kata kementerian luar negeri Suriah dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (11/6/14). 

"Terorisme yang didukung negara asing di Irak juga menargetkan warga Suriah, kata kementerian Suriah mencatat. 

Pernyataan ini datang setelah meningkatnya kegiatan kriminal oleh militan ISIS di Mosul, Provinsi Nineveh, serta bagian lain Irak utara. 

Terorisme ini merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan di kawasan dan dunia, kata kementerian Suriah, menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mengutuk tindakan teroris dan untuk mengambil tindakan terhadap negara-negara yang mendukung kelompok ini.

design islam


Senyum :)


Bismillahirrahmanirrahim…

Mengertilah terhadap perasaan orang lain.
Sebelum engkau ingin dimengerti oleh orang lain.

Lakukanlah segala sesuatu dengan penuh ketelitian dan keikhlasan.

Sebelum engkau menyesal karena segalanya tak mudah diubah kembali.

Panjatkan syukur ketika engkau dicintai.
Dan gunakan sabar ketika engkau dibenci.
Keberanian diperlukan untuk berdiri dan berbicara.
Keberanian juga diperlukan untuk duduk dan mendengarkan.

Senyum adalah salah satu cara untuk menyelesaikan banyak masalah dan diam adalah salah satu cara untuk menghindari banyak masalah.

Buang keluhmu dalam menghadapi setiap cobaan.
Karena cobaan yang engkau alami adalah sebagai salah satu proses kemuliaan diri.

serta senyum menurut syari’at islamiyah di anjurkan walaupun hatimu sakit.

makna dari persatuan

Nasihat Indah Tentang Makna Persatuan

Jauh-jauh hari, Shahabat Nabi, Abdullah ibnu mas’ud radhiallahu ‘anhu telah menjelaskan tentang makna persatuan yang hakiki, beliau berkata :
الجماعة ما وافق الحق وإن كنت وحدك -وفي رواية- إن الجماعة ما وافق طاعة الله عز و جل“Al-Jama’ah adalah apa yang sesuai dengan kebenaran meski kau seorang diri”… dalam riwayat lain redaksinya: “Sesungguhnya al-Jama’ah adalah apa yang sesuai dengan ketaatan kepada Alloh” (Tahdzibul Kamal 22/264-265)
Demikianlah makna persatuan umat, yang dimaksud persatuan umat hanyalah ter-anggap bila sesuai dengan kebenaran dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sesuai dengan manhaj Rosulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan para shahabat radhiallahu ‘anhum. meskipun banyak yang menyelisihinya, bahkan meskipun ia seorang diri mendakwahkan tauhid dan sunnah yang benar, dan tidak lah ia disebut sebagai pemecah belah umat. bahkan ia lah pemersatu umat yang hakiki, persatuan yang ter-anggap dalam islam.
Sedangkan kebalikannya dari penjelasan shahabat di atas, tidaklah di anggap sebagai pemersatu umat, ketika ia menyelisihi tauhid dan sunnah yang benar, bahkan hakikatnya adalah pemecah belah umat ketika berkubang dalam kesyirikan dan bid’ah, menyelisihi kebenaran, dan meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar. meskipun mereka bersama-sama, meskipun mereka berkumpul, meskipun mereka bergandengan tangan, meskipun mereka menyebutnya dengan ukhuwah islamiyah, tidaklah ter-anggap sebagai persatuan umat, bahkan hakikatnya adalah perpecahan yang hakiki.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai orang-orang yang mempersatukan umat islam di dalam kebenaran. wallahu a’lam.

Ali bin Abi Thalib di Mata Ibnu Taimiyah


Tetapi anehnya, para pengikut Ibnu Taimiyah yang juga ikut-ikutan mengatasnamakan dirinya “penghidup ajaran Salaf” (Salafy/Wahaby), masih terus bersikeras untuk diakui sebagai pengikut Ahlussunah, padahal di sisi lain, mereka masih terus menjunjung tinggi ajaran dan doktrin Ibnu Taimiyah yang jelas-jelas telah keluar dari kesepakatan (konsensus) ulama Ahlussunah beserta "ajaran resmi" Ahlussunah wal Jamaah. Mereka berpikir, jalan pintas yang paling aman dan mudah untuk mendapat pengakuan itu adalah dengan memusuhi Syiah. Mengangkat isu-isu ikhtilaf Sunnah-Syiah adalah sarana paling efektif untuk menempatkan kaum Salafy supaya diterima dalam lingkaran Ahlussunnah.
ALI BIN ABI THALIB adalah satu sosok sahabat terkemuka Rasulullah saw. Terlampau banyak keutamaan yang disematkan pada diri Ali, baik melalui wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah, maupun melalui hadis yang secara langsung disampaikan oleh Rasul. Keutamaan Ali dapat dilihat dari banyak sudut pandang. Dilihat dari proses kelahiran[2] hingga kesyahidannya.[3] Dari kedekatannya dengan Rasulullah, hingga kecerdasannya dalam menyerap semua ilmu yang diajarkan oleh Rasul kepadanya. Dari situlah akhirnya ia mendapat banyak kepercayaan dari Rasul dalam melaksanakan tugas-tugas ritual maupun sosial keagamaan.
Dengan menilik berbagai keutamaan Ali[4], maka sudah menjadi kesepakatan kaum muslimin –baik Ahlussunnah, maupun Syiah- bahwa Ali bin Abi Thalib adalah salah satu khalifah pasca Rasulullah.[5] Walaupun terdapat perbedaan pendapat antara Ahlussunah dan Syiah tentang urutan kekhilafahan pasca Rasul, tetapi yang jelas mereka sepakat bahwa Ali termasuk salah satu jajaran khalifah Rasul.
Pada tulisan ringkas ini akan dibahas perihal pendapat Ibnu Taimiyah tentang keutamaan Ali, yang berlanjut pada pendapatnya tentang kekhalifahan beliau.
Kelemahan Ali di Mata Ibnu Timiyah:
Di sini akan disebutkan beberapa pendapat Ibnu Taimiyah dalam melihat kekurangan pada pribadi Ali:
Disebutkan dalam kitab Minhaj as-Sunnah karya Ibnu Taimiyah, bahwa Ibnu Taimiyah meremehkan kemampuan Ali bin Abi Thalib dalam permasalahan fikih (hukum agama). Ia mengatakan: “Ali memiliki banyak fatwa yang bertentangan dengan teks-teks agama (nash)”. Bahkan Ibnu Taimiyah dalam rangka menguatkan pendapatnya tersebut, ia tidak segan-segan untuk mengatasnamakan beberapa ulama Ahlusunnah yang disangkanya dapat sesuai dengan pernyataannya itu. Lantas dia mengatakan: “As-Syafi’i dan Muhammad bin Nasr al-Maruzi telah mengumpulkan dalam satu kitab besar berkaitan dengan hukum yang dipegang oleh kaum muslimin yang tidak diambil dari ungkapan Ali. Hal itu dikarenakan ungkapan sahabat-sahabat selainnya (Ali), lebih sesuai dengan al-Kitab (al-Quran) dan as-Sunnah”[6].
Berkenaan dengan ungkapan Ibnu Taimiyah yang menyatakan bahwa banyak ungkapan Ali yang bertentangan dengan nash (teks agama), hal itu sangatlah mengherankan, betapa tidak? Apakah mungkin orang yang disebut-sebut sebagai ‘syeikh Islam’ seperti Ibnu Taimiyah tidak mengetahui banyaknya hadis dan ungkapan para salaf saleh yang disebutkan dalam kitab-kitab standar Ahlusunnah sendiri perihal keutamaan Ali dari berbagai sisinya, termasuk sisi keilmuannya. Jika benar bahwa ia tidak tahu, maka layakkah gelar syeikh Islam tadi baginya? Padahal hadis-hadis tentang keutamaan Ali sebegitu banyak jumlahnya. Jika ia tahu, tetapi tetap bersikeras untuk menentangnya-padahal keutamaan Ali banyak tercantum dalam kitab-kitab standar Ahlusunnah yang memiliki sanad hadis yang begitu kuat sehingga tidak lagi dapat diingkarinya- maka terserah Anda untuk menyikapinya! Lantas, apa kira-kira maksud dibalik pengingkaran tersebut? Karena kebodohan Ibnu Taimiyah? Ataukah karena kebencian Ibnu Taimiyah atas Ali? Ataukah karena kedua-duanya? Bukankah Ali termasuk salah satu Ahlul Bait Nabi,[7] dimana sudah menjadi kesepakatan antara Sunnah-Syiah bahwa pembenci Ahlul-Bait Nabi dapat dikategorikan Nashibi atau Nawashib? Lantas manakah bukti bahwa Ibnu Taimiyah adalah pribadi yang getol menghidupkan kembali ajaran salaf saleh, sedang ungkapannya banyak bertentangan dengan ungkapan salaf saleh?
Sebagai contoh dapat disebutkan beberapa hadis yang membahas tentang keilmuan Ali sesuai dengan pengakuan para salaf saleh yang diakui sebagai panutan oleh Ibnu Taimiyah:
Sabda Rasulullah saw: “Telah kunikahkan engkau –wahai Fathimah- dengan sebaik-baik umatku yang paling tinggi dari sisi keilmuan dan paling utama dari sisi kebijakan…”.[8]
1. Sabda Rasulullah saw: “Ali adalah gerbang ilmuku dan penjelas bagi umatku atas segala hal yang karenanya aku diutus setelahku”.[9]
2. Sabda Rasulullah saw: “Hikmah (pengetahuan) terbagi menjadi sepuluh bagian, maka dianugerahkan kepada Ali sembilan bagian, sedang segenap manusia satu bagian (saja)”.[10]
3. Berkata ummulmukminin Aisyah: “Ali adalah pribadi yang paling mengetahui dari semua orang tentang as-Sunnah”.[11]
4. Berkata Umar bin Khattab: “Ya Allah, jangan Engkau biarkan aku dalam kesulitan tanpa putera Abi Thalib (di sisiku)”.[12]
5. Berkata Ibnu Abbas: “Demi Allah, telah dianugerahkan kepada Ali sembilan dari sepuluh bagian ilmu. Dan demi Allah, ia (Ali) telah ikut andil dari satu bagian yang kalian miliki”.[13] Dalam nukilan kitab lain ia berkata: “Tidaklah ilmuku dan ilmu para sahabat Muhammad saw sebanding dengan ilmu Ali, sebagaimana setetes air dibanding tujuh samudera”.[14]
6. Berkata Ibnu Mas’ud: “Sesungguhnya al-Quran turun dalam tujuh huruf. Tiada satupun dari huruf-huruf tadi kecuali didalamnya terdapat zahir dan batin. Dan sesungguhnya Ali bin Abi Thalib memiliki ilmu tentang zahir dan batin tersebut”.[15]
7. Berkata ‘Adi bin Hatim: “Demi Allah, jika dilihat dari sisi pengetahuan terhadap al-Quran dan as-Sunnah, maka dia –yaitu Ali- adalah pribadi yang paling mengetahui tentang dua hal tadi. Jika dari sisi keislamannya, maka ia adalah saudara Rasul dan memiliki senioritas dalam keislaman. Jika dari sisi kezuhudan dan ibadah, maka ia adalah pribadi yang paling nampak zuhud dan paling baik ibadahnya”.[16]
8. Berkata al-Hasan: “Telah meninggalkan kalian, pribadi yang kemarin tiada satupun dari pribadi terdahulu dan akan datang yang bisa mengalahi keilmuannya”.[17]
Dan masih banyak lagi hadis-hadis pengakuan Nabi beserta para sahabatnya yang menyatakan akan keluasan ilmu Ali dalam kitab-kitab standar Ahlusunnah.
Adapun tentang ungkapan Ibnu Taimiyah yang menukil pendapat orang lain perihal Ali tersebut merupakan kebohongan atas pribadi yang dinukil tadi. Karena maksud al-Maruzi yang menulis karya besar tadi, ialah dalam rangka mengumpulkan fatwa-fatwa Abu Hanifah –pendiri mazhab Hanafi- yang bertentangan dengan pendapat sahabat Ali dan Ibnu Mas’ud. Jadi topik utama pembahasan kitab tersebut adalah fatwa Abu Hanifah dan ungkapan sahabat, yang dalam hal ini berkaitan dengan Ali dan Ibnu Mas’ud. Tampak, betapa terburu-burunya Ibnu Taimiyah dalam membidik Ali dengan menukil pendapat orang lain, tanpa membaca lebih lanjut dan teliti tujuan penulisan buku tersebut. Ini merupakan salah satu contoh pengkhianatan Ibnu Taimiyah atas beberapa pemuka Ahlussunah.
Dalam kitab yang sama, Ibnu Taimiyah ternyata bukan hanya meragukan akan kemampuan Ali dari sisi keilmuan, bahkan ia juga mengingkari banyak hal yang berkaitan dengan keutamaan Ali.[18] Di sini akan disebutkan beberapa contoh ungkapan Ibnu Taimiyah perihal masalah tersebut:
1. Kebencian terhadap Ali: “Ungkapan yang menyatakan bahwa membenci Ali merupakan kekufuran, adalah sesuatu yang tidak diketahui (asalnya)”.[19]
2. Pengingkaran hadis Rasul: “Hadis ana madinatul ilmi (Aku adalah kota ilmu…) adalah tergolong hadis yang dibikin (maudhu’)”.[20]
3. Kemampuan Ali dalam memutuskan hukum: “Hadis “aqdhakum Ali” (paling baik dalam pemberian hukum diantara kalian adalah Ali) belum dapat ditetapkan (kebenarannya)”.[21]
4. Keilmuan Ali: “Pernyataan bahwa Ibnu Abbas adalah murid Ali, merupakan ungkapan batil”.[22] Sehingga dari pengingkaran itu ia kembali mengatakan: “Yang lebih terkenal adalah bahwa Ali telah belajar dari Abu Bakar”.[23]
5. Keadilan Ali: “Sebagian umatnya mengingkari keadilannya. Para kelompok Khawarij pun akhirnya mengkafirkannya. Sedang selain Khawarij, baik dari keluarganya maupun selain keluarganya mengatakan: ia tidak melakukan keadilan. Para pengikut Usman mengatakan: ia tergolong orang yang menzalimi Usman…secara global, tidak tampak keadilan pada diri Ali, padahal ia memiliki banyak tanggungjawab dalam penyebarannya, sebagaimana yang pernah terlihat pada (masa) Umar, dan tidak sedikitpun mendekati (apa yang telah dicapai oleh Umar)”.[24]
Dari pengingkaran-pengingkaran tersebut akhirnya Ibnu Taimiyah menyatakan: “Adapun Ali, banyak pihak dari pendahulu tidak mengikuti dan membaiatnya. Dan banyak dari sahabat dan tabi’in yang memeranginya”.[25]
Bisa dilihat, betapa Ibnu Taimiyah telah memiliki kesinisan tersendiri atas pribadi Ali sehingga membuat mata hatinya buta dan tidak lagi melihat hakikat kebenaran, walaupun hal itu bersumber dari syeikh yang menjadi panutannya, Ahmad bin Hambal. Padahal, imam Ahmad bin Hambal -sebagai pendiri mazhab Ahlul-Hadis yang diakui sebagai panutan Ibnu Taimiyah dari berbagai ajaran dan metode mazhabnya- juga beberapa imam ahli hadis lain –seperti Ismail al-Qodhi, an-Nasa’i, Abu Ali an-Naisaburi- telah mengatakan: “Tiada datang dengan menggunakan sanad yang terbaik berkaitan dengan pribadi satu sahabat pun, kecuali yang terbanyak berkaitan dengan pribadi Ali. Ali tetap bersama kebenaran, dan kebenaran bersamanya sebagaimana ia berada”.[26]
Dalam masalah kekhilafahan Ali, Ibnu Taimiyah pun dalam beberapa hal meragukan, dan bahkan melecehkannya. Di sini dapat disebutkan contoh dari ungkapan Ibnu Taimiyah tentang kekhalifahan Ali:
1. “Kekhilafahan Ali tidak menjadi rahmat bagi segenap kaum mukmin, tidak seperti (yang terjadi pada) kekhilafahan Abu Bakar dan Umar”.[27]
2. “Ali berperang (bertujuan) untuk ditaati dan untuk menguasai atas umat, juga (karena) harta. Lantas, bagaimana mungkin ia (Ali) menjadikan dasar peperangan tersebut untuk agama? Sedangkan jika ia menghendaki kemuliaan di dunia dan kerusakan (fasad), niscaya tiada akan menjadi pribadi yang mendapat kemuliaan di akherat”.[28]
3. “Adapun peperangan Jamal dan Shiffin telah dinyatakan bahwa, tiada nash dari Rasul.[29] Semua itu hanya didasari oleh pendapat pribadi. Sedangkan mayoritas sahabat tidak menyepakati peperangan itu. Peperangan itu, tidak lebih merupakan peperangan fitnah atas takwil. Peperangan itu tidak masuk kategori jihad yang diwajibkan, ataupun yang disunahkah. Peperangan yang menyebabkan terbunuhnya banyak pribadi muslim, para penegak shalat, pembayar zakar dan pelaksana puasa”.[30]
Untuk menjawab pernyataan Ibnu Taimiyah tadi, cukuplah dinukil pernyataan beberapa ulama Ahlusunnah saja, guna mempersingkat pembahasan.
Al-Manawi dalam kitab Faidh al-Qadir dalam menukil ungkapan al-Jurjani dan al-Qurthubi menyatakan: “Dalam kitab al-Imamah, al-Jurjani mengatakan: “Telah sepakat (ijma’) ulama ahli fikih (faqih) Hijaz dan Iraq, baik dari kelompok ahli hadis maupun ahli ra’yi semisal imam Malik, Syafi’i, Abu Hanifah dan Auza’i dan mayoritas para teolog (mutakallim) dan kaum muslimin, bahwa Ali dapat dibenarkan dalam peperangannya melawan pasukan (musuhnya dalam) perang jamal. Dan musuhnya (Ali) dapat dikelompokkan sebagai para penentang yang zalim”. Kemudian dalam menukil ungkapan al-Qurthubi, dia mengatakan: “Telah menjadi kejelasan bagi ulama Islam berdasar argumen-argumen agama, bahwa Ali adalah imam. Oleh karenanya, setiap pribadi yang keluar dari (kepemimpinan)-nya, niscaya dihukumi sebagai penentang yang berarti memeranginya adalah suatu kewajiban hingga mereka kembali kepada kebenaran, atau tertolong dengan melakukan perdamaian”.[31]
Jelas bahwa pernyataan Ibnu Taimiyah dengan mengatasnamakan salaf saleh tidaklah memiliki dasar sedikitpun, apalagi jika ia mengatasnamakan para imam mazhab Ahlusunnah. Lantas, bagaimana mungkin pribadi seperti Ibnu Taimiyah dapat mewakili pemikiran Ahlusunnah, padahal begitu banyak pandangan ulama Ahlusunnah sediri yang secara jelas bertentangan dengan pendapat Ibnu Taimiyah? Lebih-lebih pendapat Ibnu Taimiyah tadi hanya sebatas pengakuan saja, tanpa memberikan argumen maupun rujukan yang jelas, baik yang berkaitan dengan hadis (Rasul saw), maupun ungkapan para salaf saleh (dari sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in) termasuk nukilan pendapat para imam mazhab empat secara cermat, apalagi bukti ayat al-Quran.
Yang lebih parah lagi, setelah ia meragukan semua keutamaan Ali bin Abi Thalib, dari seluruh ungkapannya tersebut, akhirnya ia pun meragukan Ali sebagai khalifah. Hal itu merupakan konsekuensi dari semua pernyataan yang pernah ia lontarkan sebelumnya. Mengingat, dalam banyak kesempatan Ibnu Taimiyah selalu meragukan kemampuan Ali dalam memimpin umat. Oleh karenanya, dalam banyak kesempatan pula ia menyebarkan keragu-keraguan atas kekhilafan Ali. Tentu saja, metode yang dipakainya dalam masalah inipun sama sebagaimana yang ia terapkan sebelumnya -seperti yang telah disinggung di atas, yaitu; dengan cara menukil beberapa pendapat yang sangat tidak mendasar, dan tidak jujur sembari mengajukan pendapat pribadinya sebagai pendapat tokoh-tokoh salaf saleh.
Berikut ini adalah beberapa contoh dari ungkapan Ibnu Taimiyah dalam masalah tersebut:
1. “Diriwayatkan dari Syafi’i dan pribadi-pribadi selainnya, bahwa khalifah ada tiga; Abu Bakar, Umar dan Usman”.[32]
2. “Manusia telah bingung dalam masalah kekhilafan Ali (karena itu mereka berpecah atas) beberapa pendapat; Sebagian berpendapat bahwa ia (Ali) bukanlah imam, akan tetapi Muawiyah-lah yang menjadi imam. Sebagian lagi menyatakan, bahwa pada zaman itu tidak terdapat imam secara umum, bahkan zaman itu masuk kategori masa (zaman) fitnah”.[33]
3. “Dari mereka terdapat orang-orang yang diam (tidak mengakui) atas (kekhalifahan) Ali, dan tidak mengakuinya sebagai khalifah keempat. Hal itu dikarenakan umat tidak memberikan kesepakatan atasnya. Sedang di Andalus, banyak dari golongan Bani Umayyah yang mengatakan: Tidak ada khalifah. Sesungguhnya khalifah adalah yang mendapat kesepakatan (konsensus) umat manusia. Sedang mereka tidak memberi kesepakatan atas Ali. Sebagian lagi dari mereka menyatakan Muawiyah sebagai khalifah keempat dalam khutbah-khutbah jum’atnya. Jadi, selain mereka menyebutkan ketiga khalifah itu, mereka juga menyebut Muawiyah sebagai (khalifah) keempat, dan tidak menyebut Ali”.[34]
4. “Kita mengetahui bahwa sewaktu Ali memimpin, banyak dari umat manusia yang lebih memilih kepemimpinan Muawiyah, atau kepemimpinan selain keduanya (Ali dan Muawiyah)…maka mayoritas (umat) tidak sepakat dalam ketaatan”.[35]
Jelas sekali di sini bahwa Ibnu Taimiyah selain ia berusaha menyebarkan karaguan atas kekhalifah Ali bin Abi Thalib kepada segenap umat, ia pun menjadi corong dalam menyebarkan kekhalifahan Muawiyah bin Abu Sufyan. Sedang hal itu jelas-jelas bertentangan dengan akidah Ahlusunnah wal Jama’ah.
Untuk menjawab pernyataan-pernyataan Ibnu Taimiyah di atas tadi, mari kita simak beberapa pernyataan pembesar ulama Ahlusunnah tentang kekhilafahan Ali bin Abi Thalib, dan ungkapan mereka perihal Muawiyah bin Abu Sufyan, termasuk yang bersumber dari kitab-kitab karya imam Ahmad bin Hambal yang diakui sebagai panutan Ibnu Taimiyah dalam pola pikir dan metode (manhaj)-nya.
1. Dinukil dari imam Ahmad bin Hambal: “Barangsiapa yang tidak mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat, maka jangan kalian ajak bicara, dan jangan adakan tali pernikahan dengannya”.[36]
2. Dikatakan bahwa imam Ahmad bin Hambal pernah mengatakan: “Barangsiapa yang tidak menetapkan imamah (kepemimpinan) Ali, maka ia lebih sesat dari Keledai. Adakah Ali dalam menegakkan hukum, mengumpulkan sedekah dan membagikannya tanpa didasari hak? Aku berlindung kepada Allah dari ungkapan semacam ini…akan tetapi ia (Ali) adalah khalifah yang diridhai oleh para sahabat Rasul. Mereka melaksanakan shalat dibelakangnya. Mereka berperang bersamanya. Mereka berjihad dan berhaji bersamanya. Mereka menyebutnya sebagai amirulmukminin. Mereka ridha dan tiada mengingkarinya. Maka kami pun mengikuti mereka”.[37]
3. Dalam kesempatan lain, sewaktu putera imam Ahmad bin Hambal menanyakan kepada ayahnya perihal beberapa orang yang mengingkari kekhalifahan Ali, beliau (imam Ahmad) berkata: “Itu merupakan ungkapan buruk yang hina”[38].
4. Dari Abi Qais al-Audi yang berkata: “Aku melihat umat manusia di mana mereka terdapat tiga tahapan; Para pemilik agama, mereka mencintai Ali. Sedang para pemilik dunia, mereka mencintai Muawiyah, dan Khawarij”.[39]
Adapun riwayat-riwayat yang berkaitan dengan keutamaan Ali terlampau banyak untuk disampaikan di sini. Untuk mempersingkat pembahasan, kita nukil beberapa contoh riwayat yang khusus berkaitan dengan keilmuan dan kekhilafan Ali dari kitab-kitab standar Ahlusunnah wal Jamaah:
1. Dalam kitab Mustadrak as-Shahihain karya al-Hakim an-Naisaburi dijelaskan dari Hayyan al-Asadi; aku mendengar Ali berkata: Rasul bersabda kepadaku: “Sesungguhnya umat akan meninggalkanmu setelahku (sepeninggalku), sedang engkau hidup di atas ajaranku. Engkau akan terbunuh karena (membela) sunahku. Barangsiapa yang mencintaimu, maka ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang memusuhimu, maka ia telah memusuhiku. Dan ini akan terwarnai hingga ini (yaitu janggut dari kepalanya)”.[40]
2. Dalam Shahih at-Turmudzi yang diriwayatkan oleh Abi Sa’id, ia berkata: “Kami (kaum Anshar) tiada mengetahui orang-orang munafik kecuali melalui kebencian mereka terhadap Ali bin Abi Thalib”.[41]
3. Dalam kitab Mustadrak as-Shahihain yang diriwayatkan dari Zaid bin Arqam yang menyebutkan; Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang menginginkan hidup sebagaimana kehidupanku, dan mati sebagaimana kematianku, dan menempati sorga yang kekal yang telah dijanjikan oleh Tuhanku kepadaku, maka hendaknya ia menjadikan Ali sebagai wali (pemimpin/kecintaan). Karena ia tiada akan pernah mengeluarkan kalian dari petunjuk, dan tiada akan menjerumuskan kalian kepada kesesatan”.[42]
4. Dalam kitab Tarikh al-Baghdadi diriwaytkan dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasul bersabda: “Di malam sewaktu aku mi’raj ke langit, aku melihat di pintu sorga tertulis: Tiada tuhan melainkan Allah, Muhammad Rasul Allah, Ali kecintaan Allah, al-Hasan dan al-Husein pilihan Allah, Fathimah pujian Allah, atas pembenci mereka laknat Allah”.[43]
5. Juga dalam kitab Tarikh al-Baghdadi disebutkan sebuah hadis tentang penjelmaan Iblis untuk menggoda Rasul beserta para sahabat sewaktu bertawaf di Ka’bah. Setelah Iblis itu sirna, Rasul bersabda kepada Ali: “Apa yang aku dan engkau miliki wahai putera Abu Thalib. Demi Allah, tiada seseorang yang membencimu kecuali ia (Iblis) telah campur tangan dalam pembentukannya (melalui sperma ayahnya .red).” Lantas Rasul membacakan ayat (64 dari surat al-Isra’): “Wa Syarikhum fil Amwal wal Awlad” (Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak)”.[44]
6. Dalam kitab Mustadrak as-Shahihain disebutkan, diriwayatkan dari Mujahid dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasul bersabda: “Aku adalah kota hikmah, sedang Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang menghendaki hikmah hendaknya melalui pintunya”.[45] Dalam riwayat lain disebutkan: “Aku adalah kota ilmu, sedang Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang menghendaki ilmu hendaknya melalui pintunya”.[46]
7. Dalam kitab Mustadrak as-Shahihain disebutkan, diriwayatkan dari al-Hasan dari Anas bin Malik, ia berkata; Nabi bersabda kepada Ali: “Engkau (Ali) penjelas (atas permasalahan) yang menjadi perselisihan di antara umatku setelahku”.[47]
8. Dalam kitab as-Showa’iq al-Muhriqah karya Ibnu Hajar disebutkan, sewaktu Rasul sakit lantas beliau mewasiatkan kepada para sahabatnya, seraya bersabda: “Aku meninggalkan kepada kalian Kitab Allah (al-Quran) dan Itrah (keturunan)-ku dari Ahlul Baitku”. Kemudian beliau mengangkat tangan Ali seraya bersabda: “Inilah Ali bersama al-Quran, dan al-Quran bersama Ali. Keduanya tiada akan berpisah sehingga pertemuanku di al-Haudh (akherat) kelak, maka carilah kedua hal tersebut sebagaimana aku telah meninggalkannya”.[48] Dalam hadis lain disebutkan: “Ali bersama kebenaran dan kebenaran bersama Ali. Keduanya tiada akan pernah berpisah hingga pertemuanku di Haudh kelak di akherat”.[49]
9. Dalam kitab Usud al-Ghabah karya Ibnu Atsir disebutkan, diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri, ia berkata; Rasul memerintahkan kami untuk memerangi kelompok Nakitsin (Jamal), Qosithin (Shiffin) dan Mariqin (Nahrawan). Lantas kami berkata: “Wahai Rasulullah, engkau memerintahkan kami memerangi mereka, lantas bersama siapakah kami?”, beliau bersabda: “Bersama Ali bin Abi Thalib, bersamanya akan terbunuh (pula) Ammar bin Yasir”.[50]
Pernyataan Resmi Ahlusunnah Perihal Kekhalifahan Ali:
Lihat, bagaimana Ibnu Taimiyah tidak menyinggung nama Ali dalam masalah kekhalifahan? Dan bagaimana ia berdusta atas nama imam Syafi’i tanpa memberikan dasar argumen yang jelas? Ibnu Taimiyah bukan hanya mengingkari Ali, tetapi bahkan memberikan kemungkinan kekhalifahan buat Muawiyah. Padahal tidak ada kelompok Ahlusunnah pun yang meragukan kekhalifahan Ali. Berikut ini akan kita perhatikan pernyataan resmi beberapa ulama Ahlussunah perihal pandangan mazhab mereka berkaitan dengan kekhalifahan Ali bin Abi Thalib:
1. Dari Abbas ad-Dauri, dari Yahya bin Mu’in, ia mengatakan: “Sebaik-baik umat setelah Rasulullah adalah Abu Bakar dan Umar, kemudian Usman, lantas Ali. Ini adalah mazhab kami, juga pendapat para imam kami. Sedang Yahya bin Mu’in berpendapat: Abu Bakar, Umar, Ali dan Usman”.[51]
2. Dari Harun bin Ishaq, dari Yahya bin Mu’in: “Barangsiapa yang menyatakan Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali (Radhiyallahu anhum) –dan mengakui Ali sebagai pemilik keutamaan, maka ia adalah pemegang as-Sunnah (Shahib as-Sunnah)…lantas kusebutkan baginya oknum-oknum yang hanya menyatakan Abu Bakar, Umar dan Usman, kemudian ia diam (tanpa menyebut Ali .red), lantas ia mengutuk (oknum tadi) mereka dengan ungkapan yang keras”.[52]
3. Berkata Abu Umar –Ibnu Abdul Bar- perihal seseorang yang berpendapat sebagaimana hadis dari Ibnu Umar: “Dahulu, pada zaman Rasul, kita mengatakan: Abu Bakar, kemudian Umar, lantas Usman, lalu kami diam –tanpa melanjutkannya)”. Itulah yang diingkari oleh Ibnu Mu’in dan mengutuknya dengan ungkapan kasar. Karena yang menyatakan hal itu berarti telah bertentangan dengan apa yang telah disepakati oleh Ahlussunah, baik mereka dari pendahulu (as-Salaf), maupun dari yang datang terakhir (al-Khalaf) dari para ulama fikih dan hadis. Sudah menjadi kesepakatan (Ahlussunah) bahwa Ali adalah paling mulianya manusia, setelah Usman. Namun, mereka berselisih pendapat tentang, siapakah yang lebih utama, Ali atau Usman? Para ulama terdahulu (as-Salaf) juga telah berselisih pendapat tentang keutamaan Ali atas Abu Bakar. Namun, telah menjadi kesepakatan bagi semuanya bahwa, sebagaimana yang telah kita sebutkan, semua itu telah menjadi bukti bahwa hadis Ibnu Umar memiliki kesamaran dan kesalahan, dan tidak bisa diartikan semacam itu, walaupun dari sisi sanadnya dapat dibenarkan”.[53]
Jadi jelaslah bahwa menurut para pemuka Ahlussunah, Ali adalah sahabat terkemuka yang termasuk jajaran tokoh para sahabat yang menjadi salah satu khalifah pasca Rasul. Berbeda halnya dengan apa yang diyakini oleh Ibnu Taimiyah, seorang ulama generasi akhir (khalaf) yang mengaku sebagai penghidup pendapat ulama terdahulu (salaf), namun banyak pendapatnya justru berseberangan dengan pendapat salaf saleh.
Pernyataan Ulama Ahlusunnah Perihal Pandangan Ibnu Taimiyah Tentang Ali:
Pada bagian kali ini akan kita nukil beberapa pernyataan ulama Ahlusunnah perihal pernyataan Ibnu Taimiyah yang cenderung melecehkan Ali bin Abi Thalib:
1. Ibnu Hajar al-Asqalani dalam menjelaskan tentang pribadi Ibnu Taimiyah mengatakan: “Ia terlalu berlebihan dalam menghinakan pendapat rafidhi (Allamah al-Hilli seorang ulama Syiah. red) sehingga terjerumus kedalam penghinaan terhadap pribadi Ali”.[54]
2. Allamah Zahid al-Kautsari mengatakan: “…dari beberapa ungkapannya dapat dengan jelas dilihat kesan-kesan kebencian terhadap Ali”.[55]
3. Syeikh Abdullah Ghumari pernah menyatakan: “Para ulama yang sezaman dengannya menyebutnya (Ibnu Taimiyah) sebagai seorang yang munafik dikarenakan penyimpangannya atas pribadi Ali”.[56]
4. Syeikh Abdullah al-Habsyi berkata: “Ibnu Taimiyah sering melecehkan Ali bin Abi Thalib dengan mengatakan: Peperangan yang sering dilakukannya (Ali) sangat merugikan kaum muslimin”.[57]
5. Hasan bin Farhan al-Maliki menyatakan: “Dalam diri Ibnu Taimiyah terdapat jiwa ¬nashibi dan permusuhan terhadap Ali”.[58]
6. Hasan bin Ali as-Saqqaf berkata: “Ibnu Taimiyah adalah seorang yang disebut oleh beberapa kalangan sebagai ‘syeikh Islam’, dan segala ungkapannya dijadikan argumen oleh kelompok tersebut (Salafy). Padahal, ia adalah seorang nashibi yang memusuhi Ali dan menyatakan bahwa Fathimah (puteri Rasulullah. red) adalah seorang munafik”.[59]
Dan masih banyak lagi ungkapan ulama Ahlusunnah lain yang menyesalkan atas prilaku pribadi yang terlanjur terkenal dengan sebutan ‘syeikh Islam’ itu. Untuk mempersingkat pembahasan, dalam makalah ini kita cukupkan beberapa ungkapan mereka saja. Namun di sini juga akan dinukil pengakuan salah seorang ahli hadis dari kalangan wahabi (pengikut Ibnu Taimiyah sendiri .red) sendiri dalam mengungkapkan kebingungannya atas prilaku imamnya (Ibnu Taimiyah) yang meragukan beberapa hadis keutamaan Ali bin Abi Thalib. Ahli hadis tersebut bernama Nashiruddin al-Bani. Tentu semua pengikut Salafy (Wahabi) mengenal siapa dia. Seusai ia menganalisa hadis al-wilayah[60] (kepemimpinan) yang berkaitan dengan Ali bin Abi Thalib, lantas ia mengatakan: “Anehnya, bagaimana mungkin syeikh Islam Ibnu Taimiyah mengingkari hadis ini, sebagaimana yang telah dia lakukan pada hadis-hadis sebelumnya (tentang Ali), padahal ia memiliki berbagai sanad yang sahih. Hal ini ia lakukan, tidak lain karena kebencian yang berlebihan terhadap kelompok Syiah”.[61]
Dari sini jelas bahwa akibat kebencian terhadap satu kelompok secara berlebihan menyebabkan Ibnu Taimiyah terjerumus ke dalam lembah kemungkaran dan kesesatan, sehingga menyebabkan ia telah menyimpang dari ajaran para salaf saleh yang selalu diakuinya sebagai pondasi ajarannya. Bukankah orang yang disebut ‘syeikh Islam’ itu mesti telah membaca hadis yang tercantum dalam Shahih Muslim –kitab yang diakuinya sebagai paling shahihnya kitab- yang menyatakan: “Aku bersumpah atas Dzat Yang menumbuhkan biji-bijian dan Pencipta semesta, Rasul telah berjanji kepadaku (Ali); Tiada yang mencintaiku melainkan seorang mukmin, dan tiada yang membenciku melainkan orang munafik”.[62] Sedang dalam hadis lain, diriwayatkan dari ummulmukminin Ummu Salamah: “Seorang munafik tiada akan mencintai Ali, dan seorang mukmin tiada akan pernah memusuhinya”.[63] Dan dari Abu Said al-Khudri yang mengatakan: “Kami dari kaum Anshar dapat mengenali para munafik melalui kebencian mereka terhadap Ali”.[64]
Jika sebagian ulama Ahlusunnah telah menyatakan, akibat kebencian Ibnu Taimiyah terhadap Ali dengan ungkapan-ungkapannya yang cenderung melecehkan sahabat besar tersebut sehingga ia disebut nashibi, lantas jika dikaitkan dengan tiga hadis di atas tadi yang menyatakan bahwa kebencian terhadap Ali adalah bukti kemunafikan, maka apakah layak bagi seorang munafik yang nashibi digelari ‘Syeikh al-Islam’? ataukah pribadi semacam itu justru lebih layak jika disebut sebagai ‘Syeikh al-Munafikin’? Jawabnya, tergantung pada cara kita dalam mengambil benang merah dari konsekuensi antara ungkapan beberapa ungkapan ulama Ahlusunnah dan beberapa hadis yang telah disebutkan di atas tadi.
Penutup:
Dari sini jelaslah, bahwa para ulama Salaf maupun Khalaf -dari Ahlussunah wal Jamaah- telah mengakui keutamaan Ali, dan mengakui kekhalifahannya. Lantas dari manakah manusia semacam Ibnu Taimiyah yang mengaku sebagai penghidup mazhab salaf saleh namun tidak menyinggung-nyinggung kekhalifahan Ali, bahkan berusaha menghapus Ali dari jajaran kekhilafahan Rasul? Masih layakkah manusia seperti Ibnu Taimiyah dinyatakan sebagai pengikut Ahlusunnah wal Jama’ah, sementara pendapatnya banyak bertentangan dengan kesepakatan ulama salaf maupun khalaf dari Ahlussunah wal Jamaah? Ataukah dia hanya mengaku dan membajak nama besar salaf saleh? Tegasnya, pandangan-pandangan Ibnu Taimiyyah tadi justru lebih layak untuk mewakili kelompok salaf yang dinyatakan oleh kaum muslimin sebagai salaf thaleh (lawan dari kata salaf saleh), seperti Yazid bin Muawiyah beserta gerombolannya.
Tetapi anehnya, para pengikut Ibnu Taimiyah yang juga ikut-ikutan mengatasnamakan dirinya “penghidup ajaran Salaf” (Salafy/Wahaby), masih terus bersikeras untuk diakui sebagai pengikut Ahlussunah, padahal di sisi lain, mereka masih terus menjunjung tinggi ajaran dan doktrin Ibnu Taimiyah yang jelas-jelas telah keluar dari kesepakatan (konsensus) ulama Ahlussunah beserta "ajaran resmi" Ahlussunah wal Jamaah. Mereka berpikir, jalan pintas yang paling aman dan mudah untuk mendapat pengakuan itu adalah dengan memusuhi Syiah. Mengangkat isu-isu ikhtilaf Sunnah-Syiah adalah sarana paling efektif untuk menempatkan kaum Salafy supaya diterima dalam lingkaran Ahlussunnah. Sehingga mereka pun berusaha sekuat tenaga agar semua usaha pendekatan, pintu dialog ataupun persatuan antara Sunnah-Syiah harus ditentang, ditutup dan digagalkan. Karena, jika antara Sunnah-Syiah bersatu, maka kedok mereka akan tersingkap, dan hal itu akan mengakibatkan nasib mereka kian tidak menentu.[www.islamalternatif.net]
[1] Penulis: Mahasiswa S2 Jurusan Perbandingan Agama dan Mazhab di Universitas Imam Khomeini, Qom-Republik Islam Iran.
Rujukan:
[2] Dalam kitab Mustadrak as-Shohihain Jil:3 Hal:483 karya Hakim an-Naisaburi atau kitab Nuur al-Abshar Hal:69 karya as-Syablanji disebutkan, bahwa Ali adalah satu-satunya orang yang dilahirkan dalam Baitullah Ka’bah. Maryam ketika hendak melahirkan Isa al-Masih, ia diperintahkan oleh Allah untuk menjauhi tempat ibadah, sedang Fatimah binti Asad ketika hendak melahirkan Ali, justru diperintahkan masuk ke tempat ibadah, Baitullah Ka’bah. Ini merupakan bukti, bahwa Ali memiliki kemuliaan tersendiri di mata Allah. Oleh karenanya, dalam hadis yang dinukil oleh Ibnu Atsir dalam kitab Usud al-Ghabah Jil:4 Hal:31 dinyatakan, Rasul bersabda: “Engkau (Ali) sebagaimana Ka’bah, didatangi dan tidak mendatangi”.
[3] Pembunuh Ali, Abdurrahman bin Muljam al-Muradi, dalam banyak kitab disebutkan sebagai paling celakanya manusia di muka bumi. Lihat kitab-kitab semisal Thobaqoot Jil:3 Hal:21 karya Ibnu Sa’ad, Tarikh al-Baghdadi Jil:1 Hal:135, Usud al-Ghabah Jil:4 Hal:24 karya Ibnu Atsir, Qoshos al-Ambiya’ Hal:100 karya ats-Tsa’labi.
[4] Dalam kitab Fathul-Bari disebutkan bahwa pribadi-pribadi seperti imam Ahmad bin Hambal, imam Nasa’i, imam an-Naisaburi dan sebagainya mengakui bahwa hadis-hadis tentang keutamaan Ali lebih banyak dibanding dengan keutamaan para sahabat lainnya.
[5] Lihat Tarikh at-Tabari Jil:2 Hal:62.
[6] Minhaj as-Sunnah Jil:8 Hal:281, karya Ibnu Taimiyah al-Harrani.
[7] Lihat Shohih Muslim Kitab: Fadho’il as-Shohabah Bab:Fadhoil Ahlul Bait an-Nabi, Shohih at-Turmudzi Jil:2 Hal:209/319, Tafsir ad-Dur al-Mantsur karya as-Suyuthi dalam menafsirakan surat 33:33 Jil:5 Hal:198-199, Musnad Ahmad bin Hambal Jil:1 Hal:330 atau Jil:6 Hal:292, Usud al-Ghabah karya Ibnu al-Atsir Jil:2 Hal:20 atau Jil:3 Hal:413, Tarikh al-Baghdadi Jil:10 Hal:278… dan lain sebagainya.
[8] Jamii’ al-Jawami’ Jil:6 Hal:398, karya as-Suyuthi.
[9] Kanz al-Ummal Jil:6 Hal:156, karya al-Muttaqi al-Hindi.
[10] Hilliyah al-Auliya’ Jil:1 Hal:65, karya Abu Na’im al-Ishbahani.
[11] al-Istii’ab Jil:3 Hal:40, karya al-Qurthubi, atau Tarikh al-Khulafa’ Hal:115 karya as-Suyuthi.
[12] Tadzkirah al-Khawash Hal:87, karya Sibth Ibn al-Jauzi.
[13] al-Istii’ab Jil:3 Hal:40.
[14] Al-Ishobah Jil:2 Hal:509, karya Ibnu Hajar al-Asqolani, atau Hilliyah al-Auliya’ Jil:1 Hal:65.
[15] Miftah as-Sa’adah, Jil:1 Hal:400.
[16] Siar A’lam an-Nubala’ (khulafa’) Hal:239, karya adz-Dzahabi.
[17] Al-Bidayah wa an-Nihayah Jil:7 Hal:332.
[18] Minhaj as-Sunnah Jil:7 Hal:511 & 461.
[19] Ibid Jil:8 Hal:97.
[20] Ibid Jil:7 Hal:515.
[21] Ibid Jil:7 Hal:512.
[22] Ibid Jil:7 Hal: 535.
[23] Ibid Jil:5 Hal:513.
[24] Ibid Jil:6 Hal:18.
[25] Ibid Jil:8 Hal:234.
[26] Dinukil dari Fathul Bari Jil:7 Hal:89 karya Ibnu Hajar al-Asqolani, Tarikh Ibnu Asakir Jil:3 Hal:83, Siar A’lam an-Nubala’ (al-Khulafa’) Hal:239.
[27] Minhaj as-Sunnah Jil:4 Hal:485.
[28] Ibid Jil:8 Hal:329 atau Jil:4 Hal:500.
[29] Pernyataan aneh yang terlontar dari Ibnu Taimiyah. Apakah dia tidak pernah menelaah hadis yang tercantum dalam kitab Mustadrak as-Shahihain Jil:3 Hal:139 dimana Abu Ayub berkata pada waktu kekhilafahan Umar bin Khatab dengan ungkapan; “Rasulullah telah memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk memerangi kaum Nakitsin (Jamal), Qosithin (Shiffin) dan Mariqin (Nahrawan)”. Begitu pula yang tercantum dalam kitabTarikh al-Baghdadi Jil:8 Hal:340, Usud al-Ghabah karya Ibnu Atsir Jil:4 Hal:32, Majma’ az-Zawa’id karya al-Haitsami Jil:9 Hal:235, ad-Dur al-Mantsur karya as-Suyuthi dalam menafsirkan ayat ke-41 dari surat az-Zukhruf, dsb? Ataukah Ibnu Taimiyah sudah tidak percaya lagi kepada para sahabat yang merawikan hadis tersebut? Bukankah ia telah terlanjur menyatakan bahwa sahabat adalah Salaf Saleh yang ajarannya hendak ia tegakkan?
[30] Ibid Jil:6 Hal:356.
[31] Faidh al-Qodir Jil:6 Hal:336.
[32] Minhaj as-Sunnah Jil:2 Hal:404.
[33] Ibid Jil:1 Hal:537.
[34] Ibid Jil:6 Hal:419.
[35] Ibid Jil:4 Hal:682.
[36] Thobaqoot al-Hanabilah Jil:1 Hal:45.
[37] Aimmah al-Fiqh at-Tis’ah Hal:8.
[38] As-Sunnatu Halal Hal:235.
[39] Al-Isti’aab Jil:3 Hal:213.
[40] Mustadrak as-Shahihain Jil:3 Hal:142. Hadis serupa –dengan sedikit perbedaan redaksi- juga dapat ditemukan dalam kitab-kitab lain semisal; Tarikh al-Baghdadi Jil:13 Hal:32, Usud al-Ghabah Jil:4 Hal:383, Majma’ az-Zawa’id Jil:9 Hal:131, ar-Riyadh an-Nadhrah Jil:2 Hal:213, dan lain sebagainya.
[41] Shahih at-Turmudzi Jil:2 Hal:299. Hadis serupa –dengan sedikit perbedaan redaksi- juga dapat ditemukan dalam kitab-kitab semisal; Shahih Muslim kitab al-Iman, Shahih an-Nasa’I Jil:2 Hal:271, Musnad Ahmad bin Hambal Jil:1 Hal:84, Mustadrak as-Shahihain Jil:3 Hal:129, Tarikh al-Baghdadi Jil:3 Hal:153, Majma’ az-Zawa’id Jil:9 Hal:133, dan lain sebagainya.
[42] Mustadrak as-Shahihain Jil:3 Hal:128. Hadis semacam ini –walau dengan sedikit perbedaan redaksi- juga dapat ditemukan dalam kitab-kitab semisal; Usud al-Ghabah Jil:4 Hal:23 atau Jil:6 Hal:101, al-Ishabah karya Ibnu Hajar Jil:3 Bagian ke-1 Hal:20, ar-Riyadh an-Nadhrah Jil:2 Hal:215, Tarikh al-Baghdadi Jil:4 Hal:102, dan lain sebagainya.
[43] Tarikh al-Baghdadi Jil:1 Hal:259.
[44] Ibid Jil:3 Hal:289-290.
[45] Mustadrak as-Shahihain Jil:11 Hal:204. Hadis yang sama dengan sedikit perbedaan redaksi juga dapat ditemukan dalam Shahih at-Turmudzi Jil:2 Hal:229.
[46] Ibid Jil:3 Hal:128. Hadis yang sama dapat juga ditemukan dalam kitab lain semacam; as-Showa’iq al-Muhriqah karya Ibnu Hajar Hal:73, Tarikh al-Baghdadi Jil:2 Hal:377, ar-Riyadh an-Nadhrah Jil:2 Hal:193, Kunuz al-Haqa’iq karya al-Manawi Hal:43, dan lain sebagainya.
[47] Ibdi Jil:3 Hal:122. Hadis serupa juga dapat ditemukan dalam kitab Hilliyat al-Auliya’ karya Abu Na’im Jil:1 Hal:63.
[48] As-Showa’iq al-Muhriqoh Hal:75. Hadis semacam ini dapat pula dilihat dalam kitab-kitab semisal Mustadrak as-Shahihain Jil:3 Hal:124, Majma’ az-Zawa’id Jil:9 Hal:134, dan lain sebagainya.
[49] Tarikh al-Baghdadi Jil:14 Hal:321. Hadis serupa juga dapat dijumpai dalam kitab Shahih at-Turmudzi Jil:2 Hal:298, Mustadrak as-Shahihain Jil:3 Hal:119, Majma’ az-Zawa’id Jil:7 Hal:235, Kanzul Ummal karya al-Muttaqi al-Hindi Jil:6 Hal:157, dsb dengan sedikit perbedaan redaksi.
[50] Usud al-Ghabah Jil:4 Hal:32-33. Hadis serupa juga dapat ditemukan dalam kitab-kitab lain seperti; Mustadrak as-Shahihain Jil:4 Hal:139, Tarikh Baghdadi Jil:8 Hal:340 atau Jil:13 Hal:186, Majma’ az-Zawa’id Jil:9 Hal:235, Tafsir ad-Dur al-Mantsur karya as-Suyuthi dalam menafsirkan ayat 41 dari surat az-Zukhruf, dan lain sebagainya.
[51] Al-Isti’aab Jil:3 Hal:213.
[52] Ibid.
[53] Ibid Jil:3 Hal:214.
[54] Lisan al-Mizan Jil:6 Hal:319-320.
[55] Al-Hawi fi Sirah at-Thahawi Hal:26.
[56] Ar-Rasail al-Ghomariyah Hal:120-121.
[57] Al-Maqolaat as-Saniyah Hal:200.
[58] Dinukil dari kitab Nahwa Inqod at-Tarikh al-Islami karya Sulaiman bin Shaleh al-Khurasyi hal:35.
[59] At-Tanbih wa ar-Rad Hal:7.
[60] Hadis yang mengatakan: Ali waliyu kulli mukmin min ba’dy (Ali adalah pemimpin setiap mukmin setelahku).
[61] Silsilah al-Ahadis as-Shohihah, Hadis no: 2223.
[62] Shohih Muslim Jil:1 Hal:120 Hadis ke-131 Kitab: al-Iman, atau Shohih at-Turmudzi Jil:5 Hal:601, Hadis ke-3736, dan atau Sunan Ibnu Majah Jil:1 Hal:42 Hadis ke-114.
[63] Shohih at-Turmudzi Jil:5 Hal:594 Hadis ke-3717.
[64] Ibid Hal:593.