Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah dalam seuah
pernyataan mengatakan bahwa bahaya mengenai jatuhnya pemerintah Suriah
akibat pemberontakan dukungan asing dinegara itu sudah hilang begitu
pula ancaman aneksisasi pemisahan Suriah.
Dalam sebuah wawancara dengan koran berbahasa Arab Libanon al-Safir pada Ahad, 06/04/14, Nasrallah mengatakan opsi militer sama sekali tidak memiliki tempat di Suriah lagi.
Dikatakannya, setelah tiga tahun perang, sebagian besar negara mendukung solusi politik untuk mengatasi krisis mematikan di negara Arab itu. Namun, dikatakan Nasrallah, hal ini justru memberikan posisi yang lebih kuat kepada pemerintah Rusia untuk menemukan solusi yang praktis.
"Peristiwa Suriah terjadi untuk merrealisasi opsi utama Israel pasca kekalahan dalam Perang Juli 2006, untuk menggempur lingkaran tengah, namun para eksekutor di lapangan menambah depresi dan kegamanangan Israel, sebagaimana depresi mereka terhadap Iran semakin jadi-jadi seiring hari."
Rusia menjadi salah satu pemain kunci dalam upaya internasional yang bertujuan mengakhiri perang ekstremis di Suriah. Kremlin selama ini bertindak sebagai mediasi untuk menghindari keputusan kontroversial AS untuk membom Suriah atas laporan yang saling bertentangan mengenai serangan kimia pada bulan Agustus 2013.
Nasrallah lebih lanjut mengatakan, "Kami tidak punya masalah dengan pengikut kami yang tinggal di Suriah, dan ini benar-benar nyata. Beberapa dari mereka yang pernah menentang terlibat di Suriah, bahkan beberapa dari kelompok 14 Maret, sekarang mereka berpikir bahwa hal itu adalah langkah yang diperlukan untuk melindungi Libanon dari upaya kelompok-kelompok ekstremis Takfiri.
Sebelumnya, kelompok 14 maret yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Saad al - Hariri menentang keras kehadiran Hizbullah di daerah perbatasan Suriah-Libanon dan menyerukan kelompok itu menarik pasukannya keluar dari wilayah.
Namun kelompok itu mengatakan, kehadiran Hibullah diperlukan untuk mengamankan wilayah perbatasan dan mayoritas Libanon percaya hal itu terbukti efektif, karena negara tersebut telah menderita akibat perang di Suriah dengan hadirnya kelompok Takfiri yang menyusup ke Libanon.
Dalam sebuah wawancara dengan koran berbahasa Arab Libanon al-Safir pada Ahad, 06/04/14, Nasrallah mengatakan opsi militer sama sekali tidak memiliki tempat di Suriah lagi.
Dikatakannya, setelah tiga tahun perang, sebagian besar negara mendukung solusi politik untuk mengatasi krisis mematikan di negara Arab itu. Namun, dikatakan Nasrallah, hal ini justru memberikan posisi yang lebih kuat kepada pemerintah Rusia untuk menemukan solusi yang praktis.
"Peristiwa Suriah terjadi untuk merrealisasi opsi utama Israel pasca kekalahan dalam Perang Juli 2006, untuk menggempur lingkaran tengah, namun para eksekutor di lapangan menambah depresi dan kegamanangan Israel, sebagaimana depresi mereka terhadap Iran semakin jadi-jadi seiring hari."
Rusia menjadi salah satu pemain kunci dalam upaya internasional yang bertujuan mengakhiri perang ekstremis di Suriah. Kremlin selama ini bertindak sebagai mediasi untuk menghindari keputusan kontroversial AS untuk membom Suriah atas laporan yang saling bertentangan mengenai serangan kimia pada bulan Agustus 2013.
Nasrallah lebih lanjut mengatakan, "Kami tidak punya masalah dengan pengikut kami yang tinggal di Suriah, dan ini benar-benar nyata. Beberapa dari mereka yang pernah menentang terlibat di Suriah, bahkan beberapa dari kelompok 14 Maret, sekarang mereka berpikir bahwa hal itu adalah langkah yang diperlukan untuk melindungi Libanon dari upaya kelompok-kelompok ekstremis Takfiri.
Sebelumnya, kelompok 14 maret yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Saad al - Hariri menentang keras kehadiran Hizbullah di daerah perbatasan Suriah-Libanon dan menyerukan kelompok itu menarik pasukannya keluar dari wilayah.
Namun kelompok itu mengatakan, kehadiran Hibullah diperlukan untuk mengamankan wilayah perbatasan dan mayoritas Libanon percaya hal itu terbukti efektif, karena negara tersebut telah menderita akibat perang di Suriah dengan hadirnya kelompok Takfiri yang menyusup ke Libanon.
0 komentar:
Posting Komentar